... cepat terapi, kalau enggak mungkin penyongnya lebih parah...
Jakarta (ANTARA News) - Plt Gubernur Banten, Rano Karno, sangat yakin kesehatannya sudah 90 persen pulih setelah sempat dinyatakan menderita sakit bell palsy yang menyebabkan sebagian wajahnya lumpuh syaraf.

Rano Karno mengikuti rapat terbatas tentang pembangunan tol Trans-Sumatera yang dipimpin Presiden Joko Widodo, di Kantor Presiden Jakarta, Kamis.

"Ya, Alhamdulillah mungkin saya merasa sudah 90 persen kembali," katanya kepada wartawan yang menanyakan kabar kesehatannya.

Namun mantan aktor kawakan itu mengaku harus menjalani berbagai macam terapi setiap hari mulai dari akunpuntur, pijat syaraf, hingga faradisasi atau rangsang elektris frekuensi rendah.

Ia mengatakan penyakit itu memang hanya bisa disembuhkan dengan terapi meskipun penyakit itu dipastikan merupakan penyakit yang bisa disembuhkan.

"Bisa sebulan atau bisa tiga bulan tergantung kondisi tapi dokter meyakinkan, kalau seperti saya ini pasti sembuh," katanya.

Rano memperkirakan sakitnya berawal karena seringnya tubuh terpapar AC baik di mobil maupun di rumah.

Ia merasa beruntung karena sakitnya bisa segera ditangani dengan lebih dini.

"Saya untung begitu saya ke dokter hari Minggu, Senin saya terapi. Untungnya saya cepat terapi, kalau enggak mungkin penyongnya lebih parah," katanya.

Bell's Palsy adalah penyakit saraf yang mengenai saraf fasialis (wajah), menyebabkan kelumpuhan otot-otot salah satu sisi wajah, sehingga wajah menjadi asimetris, karena salah satu sisi wajah tampak melorot/ mencong. 

Namun ada juga manusia yang memiliki wajah asimetris sejak lahir. 

Hanya salah satu sisi wajah penderita saja yang dapat tersenyum, dan selain itu, hanya satu mata saja yang dapat menutup dengan sempurna.

Penyebab dari Bell's Palsy belum diketahui secara pasti, namun beberapa sumber menyebutkan bahwa penyebab Bell's Palsy adalah proses peradangan saraf yang mengontrol otot-otot salah satu sisi wajah.

Ada pula yang mengatakan kerusakan saraf ini merupakan akibat dari infeksi virus.

Pewarta: Hanni Soepardi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015