Banda Aceh (ANTARA News) - Hujan debu yang diduga berasal dari abu vulkanik atau pembakaran hutan melanda empat kecamatan di Kabupaten Aceh Selatan, Kamis, membuat warga setempat dilanda kepanikan dan tidak berani keluar rumah.

Keterangan yang dihimpun, hujan debu terjadi sekitar pukul 10.00 WIB di empat kecamatan, yakni Labuhan Haji, Meukek, Sawang dan Tapaktuan. Hujan debu itu mengakibatkan aktivitas warga terganggu.

Dari empat kecamatan tersebut, daerah paling terparah turun debu adalah Desa Trieng Meduro, Kecamatan Sawang. Di Desa ini, debu yang muncul secara tiba-tiba itu, turun seperti hujan beneran.

Seluruh wilayah desa di antaranya rumah dan lahan pertanian ditutupi debu, sedangkan di desa-desa lainnya dalam empat kecamatan tersebut meskipun sempat turun debu tapi tidak separah di Desa Trieng Meduro, Kecamatan Sawang itu.

Hujan debu ini juga sempat mengganggu proses belajar mengajar (PBM) siswa sekolah dalam empat kecamatan tersebut sehingga pihak sekolah terpaksa harus mempercepat para siswa pulang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Camat Sawang Sufiardi mengatakan wilayahnya dilanda hujan debu yang turun diperkirakan mulai pukul 10.00 WIB. Dampak dari musibah itu, aktivitas masyarakat terganggu karena warga tidak berani lagi ke luar rumah.

"Debu itu turun seperti hujan rintik-rintik, menutupi seluruh wilayah dalam Kecamatan Sawang. Warga dilanda kepanikan dan rasa cemas. Sampai saat ini sumber debu itu belum diketahui berasal dari mana," ujar Sufiardi.

Dia menambahkan, untuk mencegah terjadi gangguan kesehatan, pihak Dinas Kesehatan Aceh Selatan telah membagikan masker kepada masyarakat khususnya para pengguna kendaraan dalam Kecamatan Sawang.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Selatan Erwiandi menyatakan, selain Kecamatan Sawang hujan debu juga melanda tiga kecamatan lainnya di daerah itu yakni Labuhan Haji, Meukek dan Tapaktuan.

"Sejauh ini kami belum memperoleh laporan resmi dari pihak terkait dari mana berasal sumber debu tersebut. Apakah berasal dari abu vulkanik atau pembakaran hutan. Sampai saat ini kami belum berani menyimpulkannya," tegas Erwiandi.

Untuk mencegah agar tidak mengganggu kesehatan warga, sambung Erwiandi, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan pihak Dinas Kesehatan supaya segera di ambil langkah-langkah penanganan yang preventif.

Secara terpisah, Sekretaris BPBD Aceh Selatan T Muhasibi mengatakan, hasil koordinasi pihaknya dengan Dinas Kesehatan, maka diambil keputusan untuk membagikan masker demi mencegah terjadinya gangguan kesehatan masyarakat.

"Ada sekitar 6.000 masker yang kami bagikan kepada masyarakat. Selain itu, PMI juga membagikan masker kepada pengendara kendaraan di Tapaktuan," sebut Muhasibi.

Sementara itu, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Aceh Selatan Cut Sri mengatakan beberapa saat pascahujan debu melanda, pihaknya langsung terjun ke lapangan meninjau lokasi sekaligus untuk melihat langsung jenis debu .

Pihaknya, kata Cut Sri, juga belum mengetahui dari mana sumber debu. Hasil amatan, debu bentuknya kasar dan putih. Namu, pihaknya belum berani menyimpulkan apakah debu itu berasal dari abu vulkanik atau hasil pembakaran hutan.

"Kami tidak berwenang menyimpulkan debu itu bersumber dari mana. Namun hasil amatan dan analisis kami, debu tersebut sangat berpotensi mengganggu kesehatan warga, seperti terjangkit inpeksi saluran pernafasan," ujarnya.

Oleh karena itu, sambung Cut Sri, pihaknya menghimbau kepada seluruh masyarakat Aceh Selatan khususnya di lokasi-lokasi yang telah turun hujan debu itu, agar mengurangi aktivitas diluar rumah.

"Jika pun ada keperluan mendesak harus keluar rumah dan mengendarai kendaraan roda dua, kami mengingatkan masyarakat agar jangan lupa memakai masker dan kacamata," kata Cut Sri.

Pewarta: M Haris SA
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015