Marilah untuk tidak takut mengatakan bahwa 'kita menginginkan perubahan, perubahan nyata, perubahan struktural
Santa Cruz, Bolivia (ANTARA News) - Paus Fransiskus mendesak perubahan tata ekonomi dunia dan mengecam "kolonialisme baru" oleh lembaga-lembaga yang menerapkan program pengetatan ekonomi (austerity) dan menyatakan kaum miskin memiliki hak suci untuk bekerja, tinggal dan tanah.

Paus kelahiran Argentina ini juga meminta maaf atas nama Gereja Katolik Roma untuk perlakuan terhadap penduduk asli Amerika, orang Indian, pada masa kolonialisme benua itu.

Mengutip kata-kata seorang uskup abad keempat, dia menyebut tuntutan mencari uang dengan gila-gilaan sebagai "kotoran iblis", dan menyebut negara-negara miskin tak boleh didegradasi sebagai pemasok bahan baku dan lapangan kerja murah untuk negara maju.

Menuntut planet ini diselamatkan dari hancurnya ekosistem, Paus berbicara setelah didahului pidato panjang Presiden Bolivia Evo Morales yang mengenakan jaket bergambarkan tokoh revolusioner Argentina Ernesto "Che" Guevara yang ditembak mati tentara Bolivia dukungan CIA pada 1967.

"Marilah untuk tidak takut mengatakan bahwa 'kita menginginkan perubahan, perubahan nyata, perubahan struktural," kata Paus seraya mengecam sistem (kapitalisme) yang telah mengenakan "mentalitas laba pada tingkat harga apa pun, tanpa peduli pada pengucilan sosial atau kehancuran alam."

"Sistem ini kini tak tertahankan: petani mendapatinya tak tertahankan, buruh mendapatinya tak tertahankan, masyarakat mendapatinya tak tertahankan, manusia mendapatinya tak tertahankan," kata Paus, bahkan "Bumi sendiri, saudari kita, Ibu Pertiwi, juga mendapatinya tidak tertahankan."

Pernyataan Paus ini mendapatkan applause besar dari hadirin.

Sejak terpilih pada 2013, Paus pertama dari Amerika Latin ini mati-matian membela kaum miskin dan mengkritik kapitalisme, bahkan pada kunjungannya ke Amerika Serikat September tahun lalu dia tak segan mengkritik kapitalisme.

Paus menyerang badan-badan keuangan dunia seperti IMF dan kebijakan-kebijakan bantuan pembangunan dari negara-negara maju.

"Tidak ada satu pun kekuatan aktual atau maju yang berhak mencabut kedaulatan penuh manusia. Kapan pun mereka melakukan hal ini, kami melihat bangkitnya  norma baru kolonialisme yang dengan serius memprasangkai kemungkinan perdamaian dan keadilan," kata Paus.

"Kolonialisme baru terwujud dalam berbagai wajah. Suatu waktu itu terlihat seperti sinonim dari kerakusan: korporasi-korporasi, lembaga-lembaga pinjaman, pakta-pakta perdagangan bebas, dan penerapan syarat-syarat penghematan yang selalu mengkerangkeng kaum pekerja dan kaum miskin," kata Paus.

Pekan lalu, Paus Fransiskus menyeru pihak berwenang Eropa untuk menjaga martabat manusia dalam pencarian solusi untuk krisis ekonomi di Yunani, demikian Reuters.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015