Jakarta (ANTARA News) - PT Pupuk Indonesia (Persero) mengalokasikan dana riset sekitar Rp30 miliar pada 2016 guna memperkuat kontribusinya terhadap Program Ketahanan Pangan Nasional yang dicanangkan oleh Pemerintah .

"Program-program research and development (R&D) kali ini dilakukan di wilayah Bahatap dan Kahoy, Kabupaten Kapuas, Propinsi Kalimantan Tengah," kata Direktur Investasi Pupuk Indonesia, Gusrizal, dalam siaran pers yang diterima Antara, di Jakarta, Senin.

Menurut Gusrizal, sejak 2013 Pupuk Indonesia telah mengembangkan program-program riset guna mendukung ketahanan pangan meskipun bukan kompetensi perusahaan.

"Namun saat ini Pupuk Indonesia sudah lebih berkompeten dalam mengembangkan ketahanan pangan, melalui anak usaha yang kami bentuk yaitu PT Pupuk Indonesia Pangan yang arahnya itu ke pangan," ujar Gusrizal.

Program riset yang dikembangkan Pupuk Indonesia, tambah Gusrizal, saat ini berlokasi di sejumlah daerah yakni di Kabupaten Kapuas (Kalimantan Tengah), Kabupaten Ketapang (Kalimantan Barat) dan Kabupaten Merauke (Papua). Dengan pembukaan lahan baru ini juga dapat meningkatkan jumlah Produksi pangan nasional.

Dalam riset tersebut, perseroan, melakukan kegiatan-kegiatan penelitian dan kajian terkait aspek pemupukan, pengelolaan sawah, produktivitas, hingga aspek pemasaran (hilir).

"Riset kami harus betul-betul kuat. Jadi bagaimana mengelola sawah, pemupukan yang tepat di lahan-lahan tertentu seperti lahan-lahan gambut, lahan yang pasang surut, treatment apa yang dilakukan," papar Gusrizal.

Dalam melaksanakan program riset ini, Pupuk Indonesia menerjunkan tim ke daerah yang menjadi lokasi riset dan menggandeng pihak-pihak yang berkompeten, seperti perguruan tinggi yang memiliki penelitian-penelitian, Kementerian Pertanian, hingga korporat yaitu BASF.

"Dana riset yang kami siapkan sekitar Rp30 miliar untuk tahun ini. Di Merauke misalnya, tugas kami agak besar, tahap awal 400 hektar sawah kami kembangkan, dan kami sudah memikirkan hilirisasinya," tutur Gusrizal. Sejak dikembangkan mulai 2013, lanjut Gusrizal, program riset ini telah menunjukkan progres yang cukup baik, termasuk dari sisi produktivitas yang mengingat dari tahun ke tahun.

"Ada yang sudah memasuki musim tanam ke-enam, dan produktivitas terus naik. Memang kendala masih ada di beberapa aspek, seperti ketahanan terhadap hama dan kesiapan tanahnya. Kami uji terus, termasuk dari aspek pembiayaan sehingga sawah menjadi ekonomis. Ke depan kami akan banyak kembangkan riset-riset ke hilir, seperti hilir amoniak, urea, dan lainnya," tutup Gusrizal.

Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016