Wellington (ANTARA News) – Temuan dari data DNA kuno mengungkapkan bahwa penduduk awal Vanuatu dan Tonga berasal dari Asia bukan dari bangsa-bangsa lain di Oseania seperti yang selama ini diperkirakan, menurut hasil penelitian yang dirilis pada Selasa.

Penelitian tersebut menyoroti migrasi besar-besaran terakhir manusia ke daratan tidak berpenghuni ketika bangsa Lapita menyebar ke Pasifik Selatan sekitar 3.000 tahun silam.

Hanya sedikit informasi diketahui mengenai peradaban misterius tersebut selain tembikar polkadot dan tulang-belulang jenazah mereka.

Para ilmuwan berspekulasi mereka merupakan cabang dari penduduk Australo-Papua yang menghuni daratan Australia, Papua dan Kepulauan Solomon, yang tiba di kawasan tersebut sekitar 40 ribu hingga 50 ribu tahun lalu.

Namun, analisis tiga kerangka dari makam tertua di Vanuatu mengungkapkan mereka berasal dari Asia dan tidak memiliki DNA dari bangsa-bangsa lain di Pasifik.

"Asal-muasal mereka adalah Asia. Mereka langsung datang dari Taiwan dan kemungkinan Filipina utara," ujar Matthew Spriggs, profesor dari Australian National University sekaligus salah satu peneliti, seperti dilansir AFP.

"Mereka melintasi tempat-tempat yang sudah dihuni penduduk lain, tetapi ketika mereka tiba di Vanuatu tidak ada siapa-siapa di sana. Mereka merupakan penduduk pertama."

Spriggs mengatakan sampel DNA dari kerangka manusia Lapita di Tonga menunjukkan hasil serupa.

"Kami mengetahui hal ini karena tes yang dilakukan oleh dua laboratorium berbeda di Amerika Serikat dan Jerman membuktikan sampel-sampel tersebut berasal dari bangsa yang sama," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa kemungkinan bangsa Lapita Asia awalnya mengolonisasi Pasifik Selatan, kemudian bercampur dengan penduduk Australo-Papua dari migrasi gelombang kedua sehingga menghasilkan ras campuran yang kini mendiami kawasan tersebut.

Penerjemah: Monalisa
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016