Sentani (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo meminta penyelesaian infrastruktur kelistrikan di Provinsi Papua dan Papua Barat harus selesai 2019.

"Saya nggak mau 2020, minta saya 2019. Masa lama sekali," kata Presiden saat meresmikan enam infrastruktur kelistrikan di Gardu Induk Waena, Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin.

Presiden mengakui bahwa kondisi alam di Pulau Papua memang berat, namun itu bukan suatu alasan untuk tidak menyelesaikan proyek infrastruktur dengan cepat.

"Saya tahu medannya berat, inilah tantangan program proyek yang ada di Papua dan Papua Barat. Medannya berat, saya tahu tapi jangan diundur-undur," kata Presiden.

Untuk itu Presiden meminta Direktur Utama PLN untuk memajukan target penyelesaian proyek infrastruktur listrik di Pulau Papua.

Jokowi juga menegaskan bahwa percepatan infrastruktur ini bukan saja untuk listrik, tetapi juga yang berkaitan dengan konektivitas antar kabupaten, seperti pembangunan jalan yang medannya bertebing-tebing harus diselesaikan tepat waktu.

Enam infrastruktur kelistrikan yang diresmikan oleh Presiden adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air Orya Genyem 2 x 10 MW.

Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro Prafi 2 x 1, 25 MW, Saluran Udara Tegangan Tinggi 70 kilo Volt Genyem Waena Jayapura sepanjang 174,6 kilo meter sirkit, Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 70 kilo Volt Holtekamp-Jayapura sepanjang 43,4 kilo meter sirkit, Gardu Induk Waena Sentani 20 Mega Volt Ampere dan Gardu Induk Jayapura 20 Mega Volt Ampere.

Dirut PLN Sofyan Basyir mengatakan enam infrastruktur kelistrikan yang diresmikan Presiden nilai proyeknya secara keseluruhan mencapai Rp989 milyar.

"Dengan beroperasinya enam infrastuktur kelistrikan ini, PLN mampu melakukan penghematan pemakaian BBM hingga Rp161 milyar per tahun," kata Sofyan.

Dia mengatakan kehandalan listrik di Papua dan Papua Barat semakin baik karena ditopang dengan sistem transmisi 70 kV dan Gardu Induk 20 MVA.

"Dimana SUTT 70 kV dan Gardu Induk tersebut merupakan GI pertama dan SUTT 70 kV pertama di Papua," jelasnya.

Keberhasilan pengoperasian enam infrastruktur kelistrikan ini penting untuk sistem Provinsi Papua dan Papua Barat, mengingat kebutuhan akan listrik yang terus meningkat di kedua Provinsi tersebut.

"Khusus untuk SUTT 70 kV yang terbentang dari Orya Genyem hingga Jayapura terdiri dari 323 tower," katanya.

Sofyan mengatakan topografi Papua yang berbukit dan aksesbilitas yang minim merupakan tantangan tersendiri bagi PLN pada saat pembangunan infratruktur tersebut, namun berkat kerja keras PLN dan bantuan dari semua Stake holder, Masyarakat dan Pemda setempat SUTT 70 kV dari Orya genyem- Waena- Jayapura dan SUTT 70 kV Holtekam-Jayapura berhasil diselesaikan pengerjaannya.

"Kami harap dengan adanya 6 infrastruktur kelistrikan baru di Papua dan Papua Barat ini bisa menambah keandalan sistem kelistrikan di Papua, sebagai bentuk konsentrasi kami untuk Papua, kami saat ini tengah membangun pembangkit baru berkapasitas total 253 MW yang tersebar di 13 titik di Papua dan Papua Barat, transmisi sepanjang 246 kilo meter sirkit dan 8 gardu induk dengan nilai investasi Rp 7 Triliun," ujar Sofyan Basir .

Sofyan menambahkan keberadaan Pembangkit listrik berbasis Energi baru terbarukan di Papua dan Papua Barat merupakan bukti komitmen PLN mendukung pemanfaatan energy baru terbarukan yang ramah lingkungan sebagai sumber tenaga listrik hingga 23 persen pada 2025.

Saat ini, kondisi kelistrikan di Papua dan Papua Barat mempunyai total daya mampu 294 MW, dengan beban puncak 242 MW, pertumbuhan beban rata-rata 8 persen pertahun, dan jumlah pelanggan sebanyak 521 ribu pelanggan.

"Dengan selesainya proyek ini maka kapasitas di papua dan papua barat akan meningkat 2x lipat di 2019 dan PLN siap untuk menyukseskan acara PON 2020 di Papua," katanya.

PLN menargetkan untuk bisa melistriki 14 ibu kota kabupaten di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang belum berlistrik selesai 2017.

Sedangkan untuk melistriki seluruh ibu kota kecamatan dengan target selesai 2019, melistriki pulau terluar dan daerah perbatasan dengan target selesai 2019 dan meningkatkan jam operasi Listrik Desa menjadi 24 jam sehari target 2019.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016