Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kajian proyek revitalisasi jalur kereta api Jakarta-Surabaya terus berkembang lantaran banyaknya tikungan di rute yang ada.

Luhut ditemui di Kemenko Kemaritiman Jakarta, Rabu, mengatakan karena banyaknya tikungan, pihaknya terus melakukan pendalaman mulai dari skema tenaga penggerak kereta hingga rute baru.

"Pertanyaannya ternyata setelah dilihat, tikungannya lebih dari 100. Biayanya jadi naik juga. Apakah kita mau buat rute baru karena lalu lintas ke Surabaya juga banyak mulai dari RoRo, kereta, jalan tol. Ini kita hitung. Apakah mau elektrik atau diesel," katanya.

Luhut menuturkan studi kelayakan yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan Kementerian Perhubungan dan Jepang juga terus berlanjut. Studi kelayakan disebutnya sudah mencapai 20 persen.

Ia melanjutkan, jika menggunakan tenaga diesel, kecepatan yang dihasilkan maksimal bisa mencapai 150 km per jam.

"Kalau listrik baru bisa (cepat)," katanya.

Ada pun terkait rute, Luhut mengaku masih harus terus melakukan kajian dan diharapkan hasilnya bisa keluar dalam tiga pekan mendatang.

Terkait pihak yang akan menjadi mitra dalam proyek revitalisasi jalur kereta Jakarta-Surabaya, Luhut mengaku ada dua negara yang menawarkan diri yakni Jepang dan China.

Jepang sendiri sejak awal telah mendapat preferensi untuk mengerjakan proyek tersebut. Sedangkan China telah mendapatkan proyek serupa untuk kereta cepat Jakarta-Bandung.

"Jepang sangat menawarkan diri. China juga sangat menawarkan. Yang di depan mata saya ya dua itu," katanya.

Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulmafendi mengatakan pihaknya masih terus melakukan kajian serta mematangkan sejumlah opsi dalam proyek tersebut.

Pihaknya juga akan melakukan diskusi khusus mengenai teknis proyek.

"Mungkin akhir Juli atau awal Agustus nanti ketahuan opsinya yang mana, mau kereta cepat yang pakai diesel atau pakai listrik. Skemanya seperti apa," ujarnya.

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017