Serang (ANTARA News) - Letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) di Perairan Selat Sunda, Provinsi Lampung, mulai memuntahkan bola api setinggi empat meter disertai kepulan asap menyusul dinaikkan status siaga level III, Senin (21/4). "Saya lihat sebanyak delapan kali sinar bola api dimuntahkan dari perut Anak Gunung Krakatau," kata Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau, di Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Anton Tripambudi, Selasa. Menurut dia, bola api yang dikeluarkan itu akibat terjadi pembesaran kawah baru di bukit selatan gunung, bahkan diperkirakan lubangnya sudah mencapai 175 diameter. Sinar bola api itu, kata dia, terlihat jelas di sore hari di sekitar Pantai Anyer, karena kondisi cuaca Perairan Selat Sunda mendung disertai hujan. Selain itu, gelombang laut sangat besar hingga ketinggian mencapai 2 meter juga tiupan angin kencang. "Saat ini kondisi Perairan Selat Sunda gelap dan tampak jelas letusan Anak Krakatau," katanya. Ia mengatakan, muntahan yang dikeluarkan dari perut Gunung Anak Krakatau berupa material bebatuan, sehingga berbahaya bagi pengunjung maupun nelayan. Oleh karena itu, ujar Anton, pihaknya menetapkan status siaga level III, karena terjadi letusan dan kegempaan vulkanik. "Jika orang terkena lontaran bebatuan itu dapat mengakibatkan kematian, karena suhunya mencapai 1.500 derajat celcius," katanya. Ia menyebutkan, sejauh ini kemunculan letusan dan kegempaan Anak Krakatau, terjadi setiap enam sampai delapan menit. Sebab, kata dia, saat ini status Anak Krakatau sudah dinaikan oleh Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG), Bandung. menjadi siaga level III,sehingga hanya diperbolehkan dengan radius 3 Km. Sementara itu, sejumlah warga yang berada di pesisir Pantai Anyer sore iitu merasa terhibur dengan munculnya bola api yang dimuntahkan Anak Krakatau. Mereka kagum melihat bola api yang dimuntahkan dari perut gunung, selain indah bagaikan kembang api juga introspeksi diri atas kejadian itu. "Semua itu hanya kekuasaan Allah Swt," kata Muhamad Agus (45) warga Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008