Banjarmasin (ANTARA News) - Gerakan rehabilitasi hutan (Gerhan) di wilayah taman hutan rakyat (Tahura) di Kalimantan Selatan (Kalsel) yang dilaksanakan sejak beberapa tahun terakhir gagal total. Kepala Dinas Kehutanan Kalsel, Suhardi Atmodiredjo, Rabu, mengungkapkan, kegagalan program gerhan di Tahura seluas 110 ribu hektar tersebut terjadi karena sistem penanaman yang salah. Menurutnya, selama ini, sistem penanaman yang dilakukan hanya asal tanam saja, sehingga tanaman akan sangat rentan mati dan terbakar pada usia muda. Seharusnya, penanaman dilakukan dengan sistem revegetasi atau penanaman dengan pola potris, yaitu penanaman dengan sistem demplot dengan cara melubangi tanah dan memberinya pupuk dengan baik. Dengan sistem tersebut, tambahnya, memerlukan modal yang jauh lebih besar, namun kemungkinan keberhasilannya sangat tinggi. "Daripada menggunakan sistem murah, tapi berulangkali tidak berhasil, lebih baik sedikit mahal tetapi langsung berhasil seperti yang terjadi di daerah Gunung Kidul," katanya. Menurutnya, bukan hanya penanaman gerhan yang gagal, penanaman yang dilakukan TNI/Polri di daerah yang sama juga tidak satupun pohon yang bertahan hidup, seluruhnya mati. Akibat kegagalan gerhan tersebut, saat ini sistem hidrologi Tahura di Kabupan Banjar maupun Tanah Laut (Tala) dalam kondisi kritis atau tidak berfungsi. Kondisi tersebut jauh berbeda dengan gerhan yang dilaksanakan diluar Tahura, justru berhasil dengan baik, atau lebih dari 70 persen berhasil hidup hingga sekarang. "Berdasarkan penilaian lembaga penilaian independen (LPI) tingkat keberhasilan gerhan Kalsel secara keseluruhan mencapai 70 persen, untuk termasuk 5 besar dibanding provinsi lainnya," katanya. Pelaksanaan gerhan selama 2007, tambahnya, mencapai 10 ribu hektar atau turun dari tahun 2006 mencapai 14 ribu hektar, sedangkan 2008, hingga kini belum ada penetapan.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008