London, (ANTARA News) - Pangeran Harry, Senin, memperoleh medali militer Inggris atas penugasan selama 10 pekan di garis depan perang di Afghanistan. Pangeran Inggris yang berusia 23 tahun itu bertugas di Afghanistan bersama anggota-anggota lain Household Cavalry Regiment pada musim dingin lalu, namun diterbangkan pulang kembali ke nagaranya pada Februari setelah bertugas 10 pekan karena media membocorkan keberadaannya. Ada kekhawatiran bahwa liputan mengenai penugasannya itu akan membuat Harry menjadi sasaran utama gerilyawan pro-Taliban. Harry, urutan ketiga dalam garis pewarisan takhta kerajaan Inggris, berbaris bersama 160 prajurit resimennya melewati jalan-jalan di Windsor. Di kota tersebut resimen Harry bermarkas dan di kota itu pula keluarga kerajaan memiliki sebuah kastil. Barisan pasukan itu kemudian dianugerahi Medali Tugas Operasional (OSM) untuk Afghanistan oleh Putri Anne, bibi Harry. Harry secara diam-diam diberangkatkan dengan pesawat ke provinsi Helmand, Afghanistan selatan, pada pertengahan Desember 2007 dan ditugasi sebagai perwira yang bertanggung jawab atas pengerahan serangan udara yang memungkinkan pilot mengetahui sasaran mereka. Ia adalah orang pertama keluarga kerajaan Inggris yang bertugas aktif di medan perang sejak pamannya, Pangeran Andrew, menerbangkan helikopter selama perang Malvinas (Falklands) 26 tahun lalu. Ayah Harry, Pangeran Charles, saudaranya, Pangeran William, dan pacarnya, Chelsy Davy, menghadiri acara penganugerahan medali tersebut. Willam (25) melakukan kunjungan singkat dan rahasia ke Afghanistan pekan lalu untuk menemui pasukan garis depan Inggris. Pangeran tersebut, yang belum lama ini memperoleh lencana penerbang Angkatan Udara Kerajaan (RAF), menerbangkan sebuah pesawat angkut militer ke Kandahar dan mengabiskan waktu tiga jam di pangkalan udara kota itu. Sekitar 7.800 prajurit Inggris saat ini bertugas di Afghanistan, sebagian besar di wilayah selatan. Sebanyak 95 prajurit Inggris tewas selama operasi menggulingkan pemerintah Taliban. Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden. Osama dituduh bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2008