Serang (ANTARA News) - Warga pesisir pantai Anyer tak berpengaruh terjadinya aktivitas Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, selama ditetapkan siaga level III 26 Oktober 2007 lalu oleh Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG), Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Bandung. "Sampai saat ini kami tidak merasa takut adanya letusan dan kegempaan Anak Krakatau akan menimbulkan gelombang tsunami," kata Rahmat (45) warga Desa Pasauran, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Rabu. Menurut dia, setiap tiga sampai empat tahun Anak Krakatau sudah biasa mengeluarkan "batuk-batuk", sehingga warga tidak begitu panik. Hingga saat ini, menurutnya, warga pesisir pantai Anyer yang jarak tempuhnya mencapai 42 kilometer dari Anak Gunung Krakatau tidak terpangaruh oleh isu yang menyesatkan. Sebab, ujar Rahmat, pihaknya sebagai warga pribumi tahu betul karakter letusan Anak Krakatau tidak menimbulkan bencana lebih besar dibandingkan tahun 1883. Apalagi, ketinggian Anak Krakatau belum mencapai ribuan meter. Oleh karena itu, lanjut dia, masyarakat di sini seperti biasa melakukan kegiatan usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Sebagian besar warga pantai Anyer bekerja di hotel, nelayan dan pertanian," katanya. Begitu pula Aman (40) seorang pekerja hotel di pesisir pantai Anyer, menyatakan, dirinya biasa-biasa saja adanya letusan dan kegempaan Anak Krakatau. "Memang, sejak saya kecil letusan dan kegempaan Anak Krakatau ada, sehingga tidak begitu mengkhawatirkan terjadi gelombang tsunami," kata dia. Akan tetapi, pihaknya sangat menakutkan terjadi gelombang pasang karena bisa menghancurkan rumah-rumah warga yang berada di pesisir pantai. Sementara itu, sejumlah peserta pelatihan pendidikan anak usia dini (PAUD) yang tinggal di Hotel Mambruk, pantai Anyer tidak terpangaruh meningkatnya frekuensi letusan dan kegempaan Anak Gunung Krakatau.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008