Pekanbaru (ANTARA News) - Penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Riau terganjal oleh minimnya koordinasi antara kepala daerah yakni bupati atau walikota dengan camat hingga kepala desa yang ada di kabupaten/kota. Hal tersebut disampaikan kepala badan pengendalian dampak lingkungan (Bapedal) Provinsi Riau, Lukman Abbas di Pekanbaru, Kamis. Ia menjelaskan, ada sejumlah kabupaten/kota yang kepala daerahnya tidak aktif dalam memberdayakan camat ataupun kades. Sebaliknya, kades ataupun camat di lokasi kebakaran hutan atau lahan tidak proaktif dalam memberikan informasi kepada bupati/walikota terkait kebakaran hutan. Hal tersebut mengakibatkan tidak adanya upaya terpadu dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan dan lambatnya penanganan. "Akibatnya kebakaran terus meluas dan menimbulkan kabut asap serta kerusakan lingkungan," katanya. Ia berharap, koordinasi antara bupati atau walikota dengan camat hingga kades harus terus dilakukan sehingga penanggulangan cepat dilakukan. "Pasalnya pendistribusian alat berat maupun sarana prasarana pemadam kebakaran lainnya dapat dilakukan berdasarkan instruksi kepala daerah, kalau tidak ada koordinasi maka pemadaman sulit dilakukan," katanya. Namun demikian, ia tidak menyebutkan kabupaten/kota mana asja yang dinilai minim koordinasi dalam penanganan kebakaran hutan dan lahan. Sementara itu, akibat dari lambatnya penanganan kebakaran hutan dan lahan di sebagian wilayah di Provinsi Riau telah mengakibatkan meluasnya karhutla dan menimbulkan kabut asap. Bahkan, Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pekanbaru menyatakan bahwa kabut asap yang merupakan dampak dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Provinsi Riau mulai menyelimuti Kota Pekanbaru. Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Pekanbaru, Blucher Dolog Saribu mengatakan kabut asap yang menyelimuti Pekanbaru berasal dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di sejumlah wilayah di Riau. Ia menjelaskan, tiupan angin dengan kecepatan rata-rata 20 kilometer/jam di wilayah Riau telah mengakibatkan asap hasil pembakaran hutan dan lahan sampai ke Kota Pekanbaru. Padahal, adanya kabut asap di Kota Pekanbaru dapat berdampak buruk bagi beberapa hal, salah satunya mengganggu penerbangan karena bandara terletak di Kota Pekanbaru.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008