Osaka (ANTARA News) - Sri Sultan Hamengkubuwono X mengemukakan pandangannya bahwa meluasnya aksi unjuk rasa yang dimotori mahasiswa sebetulnya merupakan hal yang wajar dan perlu mendapat saluran komunikasi yang langsung dengan presiden, sehingga diperoleh alasan yang jelas mengenai kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Meluasnya aksi unjuk rasa dan tuntutan terhadap presiden, sebetulnya merupakan hal yang wajar dalam berdemokrasi, sehingga perlu direspon sendiri oleh Presiden," kata Sri Sultan di Osaka, Senin. Hal itu dikemukakan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta itu, kepada ANTARA terkait dengan aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM, yang semakin meluas tidak saja dari kalangan mahasiswa, tetapi juga diikuti para buruh. "Kalau nanti sudah berdialog, apakah aksi demonstrasinya lantas akan usai?" tanya ANTARA. "Harus diakui bahwa dialog presiden dengan mahasiswa tidak menjamin aksi demo usai, tetapi saluran komunikasi itu sangat diperlukan," jawab Sultan. Presiden dan kabinet jujur atau beretorika? Demo berhenti atau meluas? Dari jawaban yang disampaikan presiden itulah dapat diketahui situasi yang sedang dihadapi presiden dan kabinet yang dipimpinnya. Apakah jawaban yang disampaikan itu jujur atau sekedar retorika akan dengan mudah diketahui mahasiswa dan juga seluruh rakyat Indonesia. "Dari situlah baru bisa dipastikan apakah aksi unjuk rasa akan segera berhenti atau malah bertambah meluas. Saya sendiri khawatir kalau aksi mahasiswa ini justru mengundang dukungan dari elemen masyarakat lainnya yang juga merasa menderita," katanya. Pria yang dijuluki "Mr Culture" oleh pimpinan pemerintahan Australia itu (karena kerap dimintai saran untuk memahami budaya politik Indonesia), menilai sulit untuk memastikan perkembangan aksi unjuk rasa saat ini, apalagi sudah terjadi kekerasan yang memperkeruh upaya untuk menertibkan situasi. "Kita lihat saja bagaimana kesudahannya. Saya sendiri ikut mencermati situasi di tanah air, termasuk di Yogyakarta, meskipun saya berada di Jepang," ujar Sultan lagi. Akhir pekan lalu di Tokyo, Sultan sudah menanggapi dengan enteng mengenai jawaban resmi dari kebijakan pemerintah, yang menurut "Ngarso Dalem" tidak jujur dan cenderung memakai ukuran yang sepertinya mengakali rakyat. Ada orang yang menyuruh mempasang-pasangkannya Perbincangan pun beralih kepada situasi politik yang terus menggiringnya untuk maju sebagai kandidat presiden. Bahkan media massa nasional ramai-ramai menurunkan laporan mengenai kemungkinan Sultan berduet dengan kandidat lainnya. "Itukan cuma sekedar komentar pesanan seseorang saja. Kalau ada yang pasang-pasangin saya dengan tokoh tertentu pasti ada orang yang menyuruhnya berbicara seperti itu," kata Sultan lagi. Timing dan momentum penting Ketika ditanya apakah keengganannya itu karena Sultan masih menunggu waktu yang tepat, ia pun menanggapinya dengan singkat. "Dalam politik, soal `timing` dan momentum itu sangat penting dan menentukan," ujarnya singkat sambil tersenyum. Sultan berada di Jepang sejak 23 Mei lalu dan akan mengakhiri kunjunganya pada 29 Mei dan dilanjutkan ke Korea Selatan. Selama berada di Jepang Sultan, yang didampingi sejumlah bupati dan walikota Yogyakarta itu, akan bertemu dengan Gubernur Kyoto dan Gubernur Hyogo (Kobe). Pertemuan dengan Gubernur Osaka baru saja dilakukannya Senin (26/5) pagi tadi. Semuanya itu dilakukan untuk meningkatkan kerjasama antar kota dan mempromosikan pariwisata Yogyakarta di Jepang, sebagai destinasi utama lainnya di luar Bali.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008