Palu (ANTARA News) - Kalangan peternak ayam di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), "tercekik" menyusul kenaikan harga pakan ayam di pasaran sebesar Rp1.000 per kilogram pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Menurut kalangan peternak ayam di Kota Palu, Kamis, harga pakan ayam di pasaran yang sebelum ada kenaikan harga BBM hanya Rp4.500 per kilogram kini naik menjadi Rp5.500 per kilogram. "Nasib peternak ayam bertambah berat karena pakan ternak naik cukup signifikan. tidak tahu kita masih bisa bertahan atau tidak dalam melangsungkan usaha yang sudah berjalan cukup lama ini," kata Adry (40), peternak ayam di Palu. Kurangi jatah makan ayam Dengan adanya kenaikan harga pakan ternak, katanya, dirinya akan mengurangi jumlah jatah makanan sekitar 650 ekor ayam miliknya agar usaha peternakan yang sudah digelutinya selama 10 tahun bisa bertahan. Sebelum ada kenaikan harga pakan, kata Adry, dirinya setiap bulan membutuhkan antara 200 kg-250 kg pakan ayam. Namun kini akan dikurangi hanya menjadi antara 150 kg-200 kg agar bisa bertahan. "Terpaksa pakan ayam akan kita tambah sedikit dedak. Ini cara kita menyiasati kenaikan harga pakan ayam yang naik cukup signifikan pasca kenaikan harga BBM Sabtu pekan lalu (24/5) lalu," katanya. Adry meminta pemerintah mencarikan solusi untuk membantu kalangan peternak ayam menghadapi kenaikan harga pakan yang cukup signifikan agar usaha mereka tidak terancam gulung tikar. Tanpa ada bantuan dari pemerintah bukan tidak mungkin usaha kalangan peternak ayam yang rata-rata sudah berlangsung lama ini terancam gulung tikar, kata Irwan (42), peternak ayam di daerah Kalukubula. "Jalan terbaik yang perlu dilakukan pemerintah saat ini adalah memberi subsidi harga pakan ayam agar kalangan peternak ayam bisa membeli pakan di pasaran dengan harga terjangkau," katanya yang memiliki 700 ekor ayam. Jika pemerintah tidak turun tangan dengan memberi subsidi harga pakan, kata Irwan, maka kalangan peternak ayam terpaksa akan menaikkan harga jual ayam di pasaran agar bisa meraih keuntungan. Namun, katanya, kalangan peternak ayam hingga kini belum menaikkan harga jual ayam di pasaran. "Kita menunggu reaksi pemerintah terlebih dahulu. Jika memang tidak ada subsidi kita akan menaikkan harga jual ayam," ujarnya. Sulit membuat sendiri pakan ayam bergizi Secara terpisah, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Perunggasan Sulteng (APP-Sulteng), Fajar Santoso, mengatakan, peternak unggas khususnya ayam ras masih bergantung pada pakan pabrikan. Menurut dia, sulit bagi peternak untuk membuat sendiri pakan bagi ternaknya, karena formulasinya harus melalui uji laboratorium. "Untuk membuat pakan bagi ayam ras cukup sulit, karena ada kententuan khusus tentang kandungan gizinya," katanya menjelaskan. Berdasarkan data, kata GM Eka Poltry Shop itu, di Sulteng rata-rata membutuhkan ayam pedaging (broiler) 300 ribu ekor/bulan, dan untuk produksi telur ayam ras berjumlah 420 ribu butir/hari.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008