Banjarmasin (ANTARA News) - PT PLN Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (Kalsel-Teng) membagikan sebanyak 45 ribu pohon untuk ditanam pada 11 desa di wilayah Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar, Kalsel yang merupakan lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Riam Kanan. Manajer PLTA Riam Kanan, Kardoyo, Minggu mengungkapkan dari 45 ribu pohon yang telah kepada 11 desa tersebut terdiri dari berbagai jenis yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Berbagai jenis pohon tersebut diantaranya, yaitu, karet, 30 ribu pohon, durian, sukun dan jarak pagar, masing-masing 5 ribu pohon. Dari beberapa jenis pohon yang dibagikan tersebut, tambahnya, ternyata masyarakat sangat berminat untuk menanam pohon karet, karena nilai ekonomisnya paling tinggi. Sementara untuk sukun, tambahnya, sebenarnya memiliki manfaat yang cukup besar, yaitu untuk dibikin tepung dan makanan bayi, tapi ternyata kurang diminati masyarakat, begitu juga dengan jarak pagar. Menurut Kardoyo, selain diberikan pohon, warga juga diberi biaya perawatan termasuk pupuk hingga pohon-pohon tersebut hidup dan berkembang. Dengan pembagian pohon tersebut, tambahnya, PLN berharap, masyarakat akan mendapatkan tambahan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain dari pertanian dan perikanan. Sedangkan keuntungan yang bakal didapat PLN dalam jangka panjang, akan terpeliharanya ekosistem atau hutan di sekitar Waduk Riam Kanan, yang kini kondisinya sudah sangat memprihatinkan dan mengancam keberadaan waduk Riam Kanan. Menurutnya, program pembagian pohon tersebut akan kembali dilanjutkan pada 2008 hingga kondisi ekosistem di sekitar waduk Riam Kanan kembali normal. "Khusus 2008 ini anggarannya belum turun, mungkin masih dalam perencanaan," katanya. Sebelumnya, Kepala Dinas Kehutanan Kalsel, Suhardi Atmoredjo, mengungkapkan, kerusakan hutan di kawasan Riam Kanan maupun Riam Kiwa sudah sangat memprihatikan, akibat penambangan liar dan ilegal loging. Kondisi tersebut, sulit untuk diperbaiki, karena penanaman kembali yang dilakukan oleh berbagai instansi baik itu dari TNI banyak yang mati, karena tidak dilakukan perawatan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008