Paris (ANTARA News) - Jutaan buku teks yang menggambarkan Tata Surya kita seperti bola ternyata salah besar, demikian menurut pengkajian atas data yang dikirimkan dari antariksa oleh pesawat penyelidik Voyager 2 milik NASA. Daerah pengaruh Matahari, yang disebut heliosfir, ternyata sangat tidak simetris, tidak bulat, kata para ilmuwan, seperti dilaporkan AFP dan Reuters. Heliosfir terdiri atas antariksa yang didominasi angin surya atau partikel yang disemburkan oleh Matahari. Heliosfir merentang hingga di luar orbit Pluto, yang mengedari Matahari dengan jarak hampir enam miliar kilometer. Diluncurkan pada 1977 bagi perjalanan bersejarah ke berbagai planet bagian luar Tata Surya, Voyager 2 kini telah melintasi tapal batas yang bergolak, yang dikenal sebagai "termination shock", yakni tempat kecepatan angin surya yang semula mencapai jutaan mil per jam menurun sampai hanya 250.000 mil per jam karena terdesak dari luar oleh pengaruh angin antar bintang. Pesawat penyelidik kembarannya, Voyager 1, melintas tapal batas yang sama empat tahun lebih awal di tempat berbeda sekitar 1,5 miliar kilometer jauhnya dari Matahari. Perbedaan ini membuktikan heliosfir tidak bulat sama sekali, melainkan seperti sebutir telur, demikian menurut pengkajian yang dirilis jurnal Inggris, Nature, Rabu. "Bayangkan sebuah balon diterbangkan oleh angin surya. Anda boleh jadi membayangkan jika anda memegang balon itu, yang bentuknya kebanyakan bulat, dan menekannya ke tembok, bentuknya akan rata pada salah satu sisinya," tutur Edward Stone dari California Institute of Technology, salah satu ilmuwan yang terlibat dalam riset tersebut. Itu yang terjadi pada heliosfir, katanya. Astronom Universitas Arizona, Randy Jokipii, mengemukakan melintas heliosfir oleh kedua Voyager "membuka abad baru penjelajahan antariksa". Untuk dua dekade mendatang, kedua pesawat penyelidik, yang meluncur dengan kecepatan lebih dari 17.000 kilometer per detik, akan menjadi satu-satunya sumber bagi pengamatan atas batas jauh Tata Surya kita. Kedua pesawat semula dikirim untuk melakukan terbang jarak dekat dan mengamati Jupiter dan Saturnus, yang membuahkan hasil yang menggembirakan, termasuk penemuan beberapa gunung aktif di bulan Jupiter, Io, dan kerumitan pada cincin Saturnus. Diprogram ulang Setelah itu, misi mereka diprogram ulang untuk menjelajahi antariksa di luar planet-planet Tata Surya. Voyager I dan Voyaegr II menjadi benda buatan manusia pertama yang memasuki wilayah yang gelap dan dingin ini, dengan penggerak baterai nuklir yang berumur panjang dengan tak adanya energi matahari. Mereka begitu jauh, sehingga perintah dari Bumi, yang dipancarkan dengan kecepatan cahaya, memerlukan waktu lebih dari puluhan jam untuk mencapai mereka. masing-masing pesawat penyelidik setiap harinya mjenempuh perjalanan sejauh 1,6 juta kilometer. Bila mereka bertemu dengan mahluk cerdas antariksa, sebagai salam perkenalan dari Bumi, kedua pesawat penyelidik membawa time capsule, "rekaman emas" berisi musik, termasuk rekaman gending "Ketawang Puspawarna" dari Indonesia, dan gambar mengenai kehidupan di Bumi pada pertengahan dasawarsa 1970-an. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008