Jakarta (ANTARA News) - Departemen Perdagangan (Depdag) akan memperketat pelaksanaan wajib pasok rotan ke dalam negeri yang selama ini rawan penyelewengan. "Dalam waktu dekat kami akan mengeluarkan aturan wajib pasok rotan yang hanya boleh dilakukan kepada industri pengguna bahan baku rotan atau ke terminal rotan," kata Direktur Ekspor Produk Pertambangan dan Industri, Hartojo Agus Tjahjono, di Jakarta, akhir pekan ini. Selama ini, karena tidak jelasnya prosedur wajib pasok rotan ke pada industri dalam negeri, Depdag masih menemukan beberapa eksportir rotan yang "nakal" apalagi tidak ada formulir khusus sebagai bukti resmi tunainya wajib pasok itu. "Selama ini wajib pasok boleh kepada siapa saja bahkan ke ETR (Eksportir Terdaftar Rotan) lainnya, kan tidak lucu. Asalkan ada nota bahwa dia menjual ke dalam negeri sudah dianggap memasok," ungkap Agus. Nantinya, pelaksanaan wajib pasok rotan oleh ETR ke industri dalam negeri juga akan diawasi oleh tim yang beranggotakan para "stakeholder" terkait rotan. "Wajib pasok dengan sistem yang sekarang banyak disalahgunakan. Saya mengecek nota jual belinya, tapi pembelinya bilang ini bukan tandatangan mereka. Ada juga yang memasok ke perusahaan fiktif," tuturnya. Depdag masih melakukan verifikasi terhadap para eksportir rotan, sementara aturan mengenai wajib pasok rotan kepada industri dalam negeri hampir rampung dan akan segera diterbitkan. "Kemarin ada usulan lagi bahwa wajib pasok itu diberikan kepada pengrajin lokal, misalnya rotan Kalimantan untuk pengrajin di Kalimantan. Itu sedang dikaji lagi," tambahnya. Selama ini, Depdag telah membatasi ekspor rotan mentah dan setengah jadi untuk memberikan kepastian pasokan bahan baku bagi industri penggunanya di dalam negeri, namun realisasi ekspor rotan selalu di bawah kuota. Ironisnya, industri mebel dan kerajinan mengeluh kesulitan mendapatkan pasokan bahan baku sehingga mereka pun meminta keran ekspor ditutup karena maraknya penyelundupan bahan baku rotan. Selama ini, industri mebel dan kerajinan rotan sebagian besar menggunakan rotan Sulawesi dan hanya 10 persen menggunakan rotan Kalimantan, sedangkan rotan Jawa dan Sumatera kurang diminati. Selama Juli 2006-Juni 2007, realisasi ekspor rotan asalan hanya 61,59 persen, ekspor rotan setengah jadi taman sega irit cuma 14,88 persen dan non-sega irit 70 persen. Realisasi ekspor rotan pada semester II 2007 untuk periode Juli-September 2007 mencapai 91,34 persen dari kuota. Namun, periode Oktober-Desember turun menjadi 78,98 persen dari kuota. Sebanyak 85 persen bahan baku rotan dunia dihasilkan Indonesia, terutama dari Sulawesi Tengah dan Kalimantan Tengah. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008