Jakarta (ANTARA News) - Komandan Resort Militer 171 Praja Vira Tama (PVT) Sorong Kol Inf Fransen G Siahaan di Timika, Senin, menegaskan institusi TNI dan Polri sama sekali tidak terlibat dalam teror bom jenis mortir yang meledak di areal PT Freeport Indonesia (PTFI) beberapa hari belakangan ini. "TNI dan Polri adalah tonggak negara," kata Fransen Siahaan yang mengaku diperintahkan Panglima Komando Daerah Militer XVII Cenderawasih Mayjen TNI AY Nasution untuk memantau perkembangan situasi Kamtibmas di Mimika pasca ledakan mortir di areal PTFI. Menurut Fransen Siahaan, aksi mortir di PTFI itu adalah tindakan tidak profesional yang dilakukan oknum-oknum tidak bertanggung jawab yang tidak mengetahui arti ketahanan nasional. Dia juga menampik isu aksi itu didalangi Tentara Pembebasan Nasional-Organisasi Papua Merdeka (TPN-OPM) pimpinan Keli Kwalik dan Goliat Tabuni. "Mereka (TPN-OPM) tidak punya kapasitas untuk melakukan tindakan sabotase seperti ini. Jangan cepat-cepat menuduh OPM karena kekuatan dan persenjataannya saat ini sudah tidak lagi memadai," ungkapnya. Jenis mortir yang meledak di Mile 39, Mile 50 dan pintu gardu instalasi listrik PTFI dekat Bandara Mozes Kilangin Timika, Minggu (14/9) malam merupakan mortir lama buatan Jerman tahun 1941 dengan panjang 50 cm dan berat 15 kg dengan diameter 60 mili meter. Jenis mortir seperti itu tidak dimiliki TNI dan Kepolisian. Mortir tersebut tidak memiliki canon tank, sedangkan yang dimiliki oleh TNI berukuran 12,7 mili meter. "Kami (TNI-Red) belum memiliki amunisi mortir karena pasukan yang kita miliki di Timika masih pasukan baru dan brigade baru. Yang dimiliki Kodim 1710 Mimika hanya senjata jenis M-16, sedangkan Batlyon 754 Eme Neme Kangasi jenisnya FNC dan Detazemen Kaveleri jenis senjatanya SNB dengan ukuran 12,7 mili meter," jelas Fransen Siahaan. Lebih lanjut Fransen Siahaan menerangkan, barang bukti berupa mortir yang meledak di areal PTFI disinyalir didatangkan melalui laut dan dara dari luar Timika seperti Merauke, Biak, Manokwari dan Jayapura yang menjadi basis pertahanan tentara Jepang dan Sekutu saat Perang Dunia ke-II. "Kalau melalui udara tidak mungkin," kata Fransen Siahaan yang pernah menjabat Dandim 1710 Mimika itu. Fransen Siahaan meminta semua pihak untuk meningkatkan pengamanan. Lokasi Mile 34 dan 62 yang terletak di antara ruas jalan Timika-Tembagapura sangat rawan karena selama ini sering digunakan warga setempat dari dan ke Enarotali, Kabupaten Paniai. Danrem 171 PVT Sorong menegaskan jajaran TNI siap membantu kepolisian meningkatkan stabilitas keamanan di Kabupaten Mimika dengan melakukan sweeping kendaraan dan senjata tajam di daerah itu. "Jangan sampai masyarakat takut ke luar rumah dan melakukan aktivitas lainnya. Apalagi jika tindakan ini sudah mengarah ke makar atau mengganggu lambang-lambang negara maka TNI siap mengambil tindakan tegas," kata Fransen. Jajaran kepolisian Mimika belum meminta bantuan jajaran TNI untuk membantu pengamanan di wilayah itu. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008