Nashville, Tennessee (ANTARA News) - John McCain dan Barack Obama terlibat perdebatan sengit mengenai krisis keuangan, Irak dan Pakistan, Selasa, tetapi berusaha menaruh perhatian pada kekhawatiran pemilihan mengenai ekonomi dalam debat kedua mereka menuju pemilihan presiden Amerika. McCain, calon dari partai Republik, menghadapi tekanan kuat agar meninggalkan gaya kampanyenya, saat ia makin tertinggal dari Obama dalam jajak pendapat nasional dan di negara bagian tempat berlangsungnya perdebatan sementara saat pemilihan 4 November kian dekat. Setelah beberapa hari kampanye aktif, kedua senator memasuki ajang perdebatan Nashville, Tennessee, sambil tersenyum, dan berjabat tangan. Namun ketegangan mendidih di bawah permukaan, saat kedua senator itu saling serang mengenai rekam jejak dan usul masing-masing. McCain dikecam banyak orang karena jarang memandang Obama selama perdebatan pertama mereka dua pekan lalu. Senator Arizona itu mengatakan ia memberi suara untuk menentang rancangan peraturan energi yang menguntungkan perusahaan besar minyak. "Anda tahu siapa yang memberi suara untuk itu? ... ," kata McCain, dalam komentar tajam yang ditujukan kepada Obama. Dalam kesempatan lain, McCain menyerang Obama dalam masalah pajak. Sementara itu Obama berulang-kali terlihat "mengoreksi" penafsiran McCain mengenai usul dan catatannya, dan menyerang McCain dalam masalah warisan ekonomi tak populer oleh Presiden George W. Bush. "Saya percaya ini adalah putusan akhir mengenai kebijakan ekonomi yang gagal selama delapan tahun terakhir yang diangkat oleh Presiden Bush dan didukung oleh John McCain," kata Obama, seperti dilaporkan AFP. Temperatur naik lagi ketika perdebatan memasuki masalah keamanan nasional; Obama menyerang McCain dengan mengatakan ia ingin menyerang Pakistan, mengenai ikrarnya untuk menyerang sasaran Al-Qaeda, di negeri itu kalau Islamabad tak melakukannya. McCain mengutip pribahasa bahwa Amerika Serikat mesti "berbicara lembut, tapi membawa tongkat besar" dan menyerang pesaingnya yang ia katakakan "suka berbicara keras". "Ia telah mengumumkan bahwa ia akan menyerang Pakistan," kata McCain. Obama langsung menyerang-balik, dengan mengatakan video YouTube dari tahun lalu yang diambil saat kampanye memperlihatkan McCain berkelakar mengenai salah-tembak ketika ia menyanyi "bom, bom Iran" dengan irama lagu Beach Boys. "Senator McCain menyarankan bahwa bagaimana pun, anda tahu, saya masih hijau dan saya hanya gegabah dan ia tenang dan bertanggung-jawab," kata Obama. "Ini lah orang yang bersenandung, bom, bom, bom Iran, yang menyerukan penghancuran Korea Utara. Itu saya kira bukan contoh berbicara lembut," kata Obama. Obama juga berusaha memutar-balikkan pernyataan McCain bahwa ia kurang berpengalaman dibandingkan dengan Senator Arizona tersebut. "Saya tak mengerti bagaimana kita bisa menyerang negara yang tak memiliki kaitan dengan 11/9," kata Obama. Ia merujuk kepada Irak dan serangan 11 September 2001. Kedua calon presiden AS tersebut berusaha berbicara kepada hadirin secara langsung, dengan menyeberangi pentas berkarpet merah di Belmont University untuk berdiri dalam jarak beberapa kaki dari penanya, sambil memegang mikrofon genggam. "Saya memahami kekecewaan anda dan sinisme anda," kata Obama, yang seperti McCain memandang mata setiap orang di dalam kelompok pemilih yang belum mengambil keputusan dan mengajukan pertanyaan, dan menyapa rakyat Amerika di rumah mereka. Hasil jajak pendapat Jajak pendapat yang dilakukan setiap hari oleh Gallup, Selasa, memperlihatkan Obama unggul sembilan angka di tingkat nasional, sementara calon dari partai Demokrat itu juga memperlebar jarak di negara bagian ajang pertempuran utama. Hasil angket Gallup memberi Obama keunggulan 51 persen berbanding 42 persen atas McCain, dan jajak pendapat CNN memberi Senator Illionis tersebut angka 53 persen, sedangkan McCain 45 persen. Namun CBS poll menunjukkan persaingan telah bertambah ketat dari keunggulan sembilan angka buat Obama jadi selisih empat angka sejak debat wakil presiden pekan lalu antara Sarah Pallin dan Senator Joseph Biden.

Copyright © ANTARA 2008