Agats, Papua (ANTARA News) - Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr Leopoldo Girreli sejak Jumat (10/10) hingga Senin (13/10) berada di Agats, Kabupaten Asmat, Papua untuk menghadiri perayaan 25 tahun karya pelayanan Ordo Susteran Ursulin di Keuskupan Agats. Perayaan "pesta perak" karya pelayanan susteran ursulin di Keuskupan Agats Asmat ditandai dengan upacara misa yang dipimpin g Dubes Vatikan Leopoldo Girreli didampingi Uskup Keuskupan Agats Asmat Mgr Aloisius Moerwito OSC dan Uskup Keuskupan Timika Mgr John Philip Saklil Pr. Pimpinan Ordo Susteran Ursulin Keuskupan Agats, Sr Korina Ngoe OSU kepada ANTARA di Agats Asmat, Minggu mengatakan kehadiran Dubes Vatikan memberi dukungan moril bagi segenap anggota biara untuk lebih mantap mengemban misi pelayanan kepada umat setempat. "Momentum pesta perak karya biara ursulin di Keukupan Agats menjadi dorongan spiritual bagi segenap anggota biara maupun umat Katolik Keuskupan Agats dalam menghadapi berbagai tantangan dan hambatan dalam pelayanan kami," ujar Sr Karolina. Ordo Susteran Ursulin mulai berkarya di Keuskupan Agats Asmat pada 7 Februari 1983, dimana pusat pelayanan pertama dibangun di Distrik Ewer. Dua suster perintis saat itu yakni Sr Paulin Gani OSU dan Sr Anunciata OSU bertugas memberi pelayanan kepada ibu-ibu rumah tangga suku Asmat sekaligus menjalani tugas sampingan sebagai pelayanan kegiatan pastoral kepada umat Katolik di wilayah pesisir pantai selatan Papua. Selanjutnya lantaran kekurangan tenaga imam (pastor), maka Uskup Keuskupan Agats saat itu, Mgr Alfonsus Suwada OSC menugaskan kedua suster untuk mengurus paroki-paroki di wilayah pedalaman dan pesisir Asmat. Sebagian suster yang lain mendapat tugas sebagai petugas Gereja Katolik yang menangani bagian Delegatus Sosial (Delsos), Komisi Kateketik (Komkat) dan lainnya. Garap pendidikan Perjalanan pelayanan Ordo Susteran Ursulin di Keuskupan Agats Asmat kemudian terus berkembang dengan merambah dunia pendidikan, tepatnya mulai tahun 1991 seiring dengan mulai dibangunnya sekolah-sekolah dasar di tingkat distrik dan kampung-kampung. Pimpinan Gereja Katolik Keuskupang Agats saat itu memberi tugas baru kepada para suster ursulin untuk mengelola Yayasan Pendidikan Persekolahan Katolik (YPPK) Yan Smith yang mengelola sekolah-sekolah mulai dari tingkat TK-SMP di wilayah Asmat. Saat ini Ordo Susteran Ursulin di Keuskupan Agats menangani lima Taman-Kanak-Kanak, 18 Sekolah Dasar dan 1 Sekolah Menengah Tingkat Pertama. Hasil karya tangan dingin para suster ursulin ini telah dirasakan oleh masyarakat suku Asmat. Sebagian besar hasil binaan para suster ursulin ini kini menduduki jabatan penting di berbagai instansi pemerintah di Kabupaten Asmat dan sejumlah daerah di Papua. "Tantangan terberat yang kami hadapi yaitu bagaimana membangun sumber daya manusia Suku Asmat yang mampu bersaing minimal dengan anak-anak dari suku lain di Papua bahkan bila perlu dapat bersaing dengan orang di luar Papua," tutur Sr Karolina. Untuk meningkatkan kualitas SDM suku Asmat, maka Sr Karolina mengatakan ada sejumlah hal yang perlu dibenahi diantaranya peningkatan SDM pendidik, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan serta membangun hubungan kerjasama yang lebih harmonis dengan Pemerintah Daerah dan terutama kalangan orang tua murid. Khusus menyangkut kesadaran orang tua murid, menurut Sr Karolina, dibutuhkan pemberian motivasi yang terus-menerus kepada generasi tua suku Asmat untuk merelakan anak-anak mereka mengenyam dunia pendidikan. Sementara dukungan dari Pemda setempat terhadap kemajuan pendidikan di Asmat, selama ini sudah mulai terlihat , karena setiap tahun Pemda Asmat memberikan subsidi kepada yayasan untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Selain itu, Pemda Asmat juga mengalokasikan dana untuk membangun sarana dan prasarana gedung sekolah, rumah guru dan lainnya. Di luar dari itu, tantangan terberat yang dihadapi oleh yayasan pengelola pendidikan di Kabupaten Asmat yakni jangkauan pelayanan yang begitu luas dan medan yang sangat sulit. Untuk mencapai kampung-kampung di wilayah pesisir dan pedalaman hanya mengandalkan sarana transportasi air berupa speet boat atau perahu dayung selama beberapa jam bahkan berhari-hari dibarengi dengan cuaca yang sering tidak bersahabat di laut dan sungai. "Berbagai tantangan itu tidak saja membutuhkan keberanian tetapi terutama tekad dan kemauan untuk mau berkarya di tempat ini. Selain itu, kita harus punya hati untuk mau melayani masyarakat," tutur Sr Karolina kelahiran Flores-NTT yang sudah belasan tahun berkarya di Asmat ini.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008