Kendari (ANTARA News) - Harga komoditi perkebunan khususnya kakao di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengalami penurunan dibanding dengan harga pekan lalu. Pantauan di Sub Terminal Agribisnis Hasil Perkebunan (STAHP) Kota Kendari, Rabu, komoditi perkebunan kakao mengalami penurunan dari Rp17.500 per kg menjadi Rp16.000 per kg sementara biji pala berkulit dijual sekitar Rp18.000/kg dan biji pala bersih tanpa kulit Rp32.000/kg. Sedangkan komoditi perkebunan lainnya yang juga masih bertahan adalah merica Rp30.000/kg, kopra Rp4.800/kg, kopi Rp14.500/kg dan cengkeh naik tipis dari harga Rp40.000/kg menjadi Rp45.000/kg. Begitu pula dengan harga biji mete gelondongan, harganya masih pada posisi kurang menguntungkan bagi petani karena saat ini masih pada kisaran antara Rp4.500-Rp4.650 per kg yang biasanya mencapai Rp7.000 per kg. Salah seorang pengusaha pengumpul hasil komoditi perkebunan di STAHP, Ridwan mengatakan, khusus kakao, naik turunnya harga komoditi ini tergantung nilai mata uang dolar AS terhadap rupiah. Turunnya harga kakao juga akibat hasil panen yang kurang bagus dan kadar airnya masih di atas sepuluh persen, sehingga harga jualnya turun. "Kalau hasil panennya bagus dan kadar airnya hanya tujuh persen, maka harganya pasti bagus karena sudah memenuhi standar kualitas kakao," katanya. Walaupun kakao dan komoditi lainya turun, tetapi tidak mempengaruhi petani karena saat ini petani kakao dan kopra belum panen, sehingga mengakibatkan pengumpul tidak dapat memenuhi persediaan pasar di luar Sultra. "Biasanya, kalau musim panen, pasti harganya juga membaik, karena kualitas panen pasti bagus," kata Armin. Para pengusaha pengumpul asal Kota Kendari selama ini lebih memilih eksportir asal Makassar, Sulsel untuk menjual kakaonya karena harga yang ditawarkan cukup tinggi dibandingkan eksportir lokal dari Kabupaten Kolaka, Sultra. "Sedangkan komoditi kopra, para pedagang masih banyak mengantarpulaukan ke Pulau Jawa, khususnya Surabaya (Jawa Timur) sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng dan bahan campuran kosmetik lainnya," katanya.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008