Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Australia siap merealisasikan rencana investasi bidang peternakan di Indonesia berupa ternak sapi potong dan sapi ternak, demikian Menteri Pertanian Anton Apriyantono di Jakarta, Rabu, menjelaskan hasil pertemuannya dengan Menteri Pertanian, Kehutanan dan Kelautan Australia Tony Burke pada 11 November 2008 di Australia. Investasi itu disepakati dilaksanakan pada awal tahun depan dengan membentuk gugus tugas guna merealiasikan rencana investasi tersebut. "Mereka akan mengirimkan tenaga ahli untuk membantu Indonesia menyusun proposal berkaitan dengan upaya mendorong percepatan investasi agribinis komoditas tersebut," katanya ketika menyampaikan hasil Forum Tingkat Menteri Indonesia-Australia dari 10-12 November 2008 di Australia. Menurut dia, pengembangan usaha peternakan sapi perah dan sapi potong di Indonesia tersebut nantinya untuk memenuhi permintaan pasar Timur Tengah. Untuk memenuhi kebutuhan daging di dalam negeri, negara-negara di kawasan Timur Tengah lebih menyukai mengambil dari Indonesia karena diketahui kehalalannya. Meski begitu Indonesia belum mengetahui nilai investasi yang akan ditanamkan Australia ke Indonesia karena harus menunggu hasil pengkajian tim Task Force. Anton menyatakan, selain kesepakatan untuk investasi di sektor peternakan, dalam pertemuan itu Australia juga mendesak Indonesia untuk membuka impor jeroan dari negara tersebut. Menanggapi hal itu Mentan menyatakan Indonesia tetap mengambil kebijakan untuk tetap menutup impor jeroan karena komoditas tersebut tidak layak dikonsumsi manusia mengingat kandungan resido hormon maupun obata-obatan atau antibiotika yang tinggi. "Kalaupun Australia ingin mengekspor jeroan ke Indonesia maka harus dalam bentuk yang sudah diolah dan diperuntukkan bagi makanan hewan peliharaan," katanya. Sementara itu menanggapi keberatan Australia terhadap Peraturan Menteri Pertanian yang mengharuskan penggunaan label dua bahasa bagi produk hasil ternak yang diimpor ke Indonesia, Anton menyatakan, kebijakan itu untuk meningkatkan "tracebility system" atau memudahkan penelusuran guna menghindari penyelundupan. "Karena sering terjadi produk ternak dikatakan berasal dari Australia tetapi kenyataannya dari negera lain yang tidak bebas penyakit," katanya. Pada pertemuan itu Indonesia sempat menyampaikan keberatan terhadap kebijakan Australia, negara bagian Australia Barat dan Norther Territory, yang mempersulit ekspor pakan ternak bagi sapi-sapi yang akan dikirim ke Indonesia. (*)

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008