Cirebon (ANTARA News) - Dulrakhmin (40), penumpang Bus Dewi Sri G 1627 BE yang menabrak bagian belakang truk sempat terperangkap di antara tumpukan besi roll seberat tiga ton selama sekitar empat jam sebelum akhirnya bisa dievakuasi ke RS Arjawinangun Cirebon. Dulrakhmin yang duduk dibangku deretan depan sebelah kiri saat kejadian, Kamis dinihari sekitar pukul 01.00 WIB masih terjaga dan mengetahui saat bus dengan keras menabrak bagian belakang truk bermuatan besi. "Saat bus menabrak bagian belakang truk, diperkirakan supir langsung tewas sehingga posisi gigi masih maju, dan terus mendorong truk, akibatnya besi roll seberat tiga ton lebih masuk bus dan menindih saya," katanya yang bekerja sebagai nelayan tradisional di Muara Baru, Jakarta. Ia menjelaskan, posisi teman satu bangkunya lebih parah karena kepalanya setelah terhantam kaca lalu kepalanya terjepit pintu depan. "Kepalanya di pintu, sementara badannya menindih perut saya, sedangkan kaki kanan saya terjepit di antara besi seberat tiga ton itu," katanya yang terus berdoa selama empat jam agar masih diberi panjang umur. Dia membayangkan istri dan enam anaknya di kampung yang masih tergantung upah melaut dari Jakarta, sementara satu anaknya sudah bekerja di Merak, Banten. Proses evakuasi memang lama karena petugas kesulitan menarik besi rol sebesar 3,5 ton. Petugas sempat berusaha menarik besi dengan kendaraan patroli, namun justru rantai besi pengikat putus dan ban kendaraan sempat pecah. Evakuasi baru berhasil setelah mobil derek menarik bus ke belakang dan roll besi jatuh ke sisi jalan. Dulrakhmin juga sempat mengecek Ansron (30) kawan satu bangku yang berasal dari Losari Kulon, Brebes. "Begitu kejadian saya pegang dadanya masih ada nafas, tetapi setengah jam kemudian sudah tidak lagi bernafas," katanya. Demikian juga penumpang perempuan yang duduk di sebelah supir, menurut Dulrakhmin, dalam keadaan terjepit masih sempat berteriak pelan meminta tolong, namun satu jam kemudian sudah terdiam. "Saya juga heran mengapa kok sulit amat ditolong, sampai saya sempat pingsan," katanya yang mengalami patah kaki kanan dan masih terbaring di ruang E RS Arjawinangun, Cirebon. Ia berharap ada dermawan yang bisa menjemput istrinya di Perumnas Sawojajar, Warnasari, Kabupaten Brebes karena istrinya itu tidak pernah pergi jauh-jauh dan pasti tidak mempunyai ongkos untuk menengok dirinya di Cirebon. "Saya itu keluarga miskin, jadi istri pasti juga tidak mempunyai uang banyak untuk ke Cirebon," katanya yang pulang dengan membawa beras 25 kilogram dan oleh-oleh tape ketan. Ia menjelaskan sebagai buruh nelayan penghasilannya antara Rp10 ribu sampai Rp20 ribu per hari dan hanya bisa menabung paling banyak Rp200 ribu per bulan untuk keluarganya di kampung. Bus Dewi Sri Nopol G 1627 BE yang tengah melaju ke Jawa Tengah menabrak bagian belakang truk bermuatan besi Nopol BE 4641 AH di Jalur Pantura tepatnya di Desa Sende, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon, Kamis dinihari sekitar pukul 01.00 WIB. Akibat kecelakaan yang terjadi sekitar satu kilometer sebelum Mapolwil Cirebon itu tiga orang tewas dan dua luka berat. Tiga orang yang tewas yaitu supir bus Tabri (40), warga Desa Kabuman Kec Taman, Kab. Pemalang, Asron (30), warga Losari Kulon, Kabupaten Brebes dan seorang lainnya berjenis kelamin wanita belum dikenali karena tidak membawa indentitas. Sementara dua korban luka berat yaitu Dulrakhmin (40), warga Perumnas Sawojajar, Kec Wanasari, Kabupaten Brebes dirawat di RS Arjawinangun, Cirebon dan Dakir (36), kernet bus, warga Kota Tegal, dirawat di RS Mitra Plumbon. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008