Columbia, Carolina Selatan (ANTARA News) - Seorang pendeta Gereja Katolik Roma di Carolina Selatan berkhotbah pada jemaatnya bahwa mereka tidak boleh menerima Komuni Suci jika mereka memilih Barack Obama karena Presiden terpilih dari Partai Demokrat itu mendukung aborsi dan menyebut Katolik pendukung Obama telah bekerjasama dengan iblis. Pendeta Jay Scott Newman mengatakan dalam satu surat yang ditujukannya Minggu kepada para jemaat Gereja Katolik St. Mary, Greenville, bahwa mereka telah menaruh jiwanya dalam bahaya besar jika menghadiri Komuni Suci tanpa melakukan dulu "pengakuan dosa" karena telah memilih Obama. "Bangsa kita telah memilih politisi pendukung aborsi paling radikal selama karirnya di Senat dan kampanye presidensialnya, sebagai pemimpin negara ini," tulis Jay yang menyebut nama Obama secara penuh, termasuk nama tengah presiden AS baru itu, Hussein. Memilih politisi proaborsi saat ada alternatif prokehidupan yang lebih terpercaya, sama artinya bekerjasama dengan iblis, dan jemaat Katolik yang mendukung politisi itu telah menempatkan dirinya berada di luar Komuni penuh Gereja Katolik dan akan menghadapi hukum Tuhan, tegasnya. "Orang yang berada dalam kondisi seperti itu tidak boleh menerima Komuni Suci sampai dia berekonsiliasi dengan Tuhan di bawah Sakramen Pengakuan Dosa. Jangan sampai mereka memakan dan meminum kutukannya sendiri," kata Pendeta Jay. Sepanjang kampanye Pemilu 2008 ini, uskup-uskup bersuara jauh lebih nyaring mengenai aborsi dibanding empat tahun sebelumnya. Mereka mendesak para politisi dan pemilih Katolik menempatkan isu aborsi sebagai bahan pertimbangan terpenting dalam merumuskan kebijakan dan menentukan kandidat mana yang boleh dipilih. Sejumlah kecil pemuka gereja bahkan menyebut para jemaat telah merusak jiwa suci mereka jika memilih kandidat yang mendukung aborsi. Namun, para uskup berbeda pendapat dalam soal apakah para pengambil kebijakan dan pemilih Katolik dilarang menerima Komuni jika mereka tidak mengikuti ajaran gereja mengenai aborsi. Sebenarnya, masing-masing uskup mempunyai kebijakannya sendiri-sendiri, tergantung paroki atau lingkup keuskupannya. Dalam pertemuan tahunan lalu, para uskup Gereja Katolik AS dengan sangat jelas menentang kebijakan Obama yang mendukung hak-hak warga negara untuk melakukan aborsi. Tetapi, berdasarkan jajak pendapat nasional, 54 persen orang Katolik justru memilih Obama yang adalah seorang pemeluk Protestan. Sementara di Keresidenan Greenville --secara tradisional dikenal salah satu diantara wilayah-wilayah paling konservatif-- 61 persen pemilih memberikan suaranya kepada kandidat Republik, sedangkan Obama hanya mendapat 37 persen. "Larangan mengikuti Komuni bukanlah upaya partisan. Kalaupun kandidat Republik yang proaborsi dan kandidat Demokrat yang justru prokehidupan, apapun yang telah saya tuliskan tak akan berubah," tandas Jay. Pada Pemilu 2004, kalangan Katolik konservatif mengkritik kandidat Demokrat John Kerry karena mendukung aborsi, dan tidak sedikit yang mengingatkan John untuk tidak menerima Komuni Suci karena pandangannya berseberangan dengan ajara gerejani. Namun, Biarawati Mary Ann Walsh, juru bicara untuk Konferensi Uskup Katolik AS justru mengatakan dia tidak mendengar gereja-gereja lain akan mengambil posisi anti kemenangan Obama seperti ditunjukkan Pendeta Jay. Bahkan, sebuah kelompok Katolik Demokrat yang berpusat di Boston menyebut larangan menerima Komuni Suci itu terlalu ekstrem. "Romo Newman keterlaluan. Dia bertindak di atas kewenangan parokinya dengan mengatakan apa yang dikerjakannya benar. Sayang, dia telah mengorbankan kepentingan para jemaat yang telah memilih Senator Obama dan Biden. Akan ada risiko spiritual akibat perkataannya itu," komentar kelompok itu. Sebaliknya, seorang pria yang selama 18 tahun setia menjadi jemaat Gereja St. Mary menyambut pesan Newman dan memperkirakan larangan itu akan mengilhami diskusi lebih mendalam mengenai aborsi di gerejanya. "Saya tak bisa memahami seseorang yang mengaku Kristen, khususnya Katolik, lalu memilih kandidat yang pro aborsi. Kalian sedang membicarakan pembunuhan anak tidak berdosa," kata Ted Kelly (64) yang dalam sisa hidupnya mengabdikan diri sebagai relawan untuk gereja St. Mary. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008