Jakarta (ANTARA News) - Setelah sempat berjaya di babak tiga Olimpiade Catur ke-38 di Dresden, Jerman, tim catur Indonesia harus tersandung di babak keempat Senin, setelah tim putri kalah telak 0-4 dari Rusia dan tim putra ditumbangkan Kosta Rika 1-3. Dari empat papan yang dimainkan, menurut Humas PB Percasi, hanya MIW Irene Kharisma Sukandar (2303) dengan petahanan empat kudanya yang mampu mengimbangi lawannya di papan satu GMW atau MI Tatiana Kosintseva, bahkan Irene sempat unggul dua bidak sampai langkah ke-28. Menurut Humas PB Percasi, seharusnya Irene mempunyai peluang bagus. Upaya Irene memaksa tukar Menteri agar komplikasi segera mereda, dinilai kurang konsisten. Seharusnya pada langkah ke-29 ia menempatkan Menterinya ke petak f5 bukan h5, dengan tujuan memaksa tukar Menteri lagi. Kalau Tatiana kembali menghindar dengan 29.Md4 ada lanjutan 30.Gb3 Kf6 (paksaan) dan datang 31.Kd5, Putih unggul sekali. Apalagi waktu pikir Irene masih 25 menit sementara Tatiana hanya tinggal dua menit lebih. Langkah lemah Irene 30.Me2 langsung membuat serangan Tatiana menjadi berbahaya setelah 30.Kg5. Satu lagi langkah tidak akurat Irene 31.Bfd1 langsung dihukum Tatiana dengan 31.f3. Dan selanjutnya korban Kuda 32.xh3 memaksa Irene menyerah. Sebelumnya Dewi Citra (1802) di papan tiga dan Evi Lindiawati (2121) di papan dua diporakporandakan oleh MI Ekaterina Korbut (2459) dan MI Nadezhda Kosintseva (2468). Mereka berturut-turut menyerah pada langkah ke-32 dan ke-40. Kadek Iin Dijayanti (1859) yang bertahan total, akhirnya juga ambruk dan menyerah dari GMW Natalia Pogonina (2474) di langkah ke-48. Sedangkan kekalahan besar tim putra Indonesia dari Kosta Rika seharusnya tidak perlu terjadi karena perbedaan kelasnya begitu tipis. Indonesia unggulan ke-69 sementara Costa Rica unggulan ke-66. Tetapi begitu cepatnya pecatur papan satu Indonesia GM Susanto Megaranto (2536) dikalahkan GM Alejandro Ramirez (2533) yang sama mudanya, membuat kondisi tim langsung goyang. Susanto menyerah langkah 43 pembukaan Inggris, tapi sejak langkah ke-18 ia sudah kecurian satu bidak dan terus berada di bawah angin. Untuk kelas Grandmaster Alejandro, keunggulan posisi seperti itu cukup untuk menang. Sulit bagi Susanto mengharapakan lawan membuat blunder seperti dua lawan sebelumnya. Farid Firmansyah (2154) di papan empat yang sempat unggul satu bidak pada langkah ke-40 melawan MI Francisco Hernandez Basante (2247), kena skak abadi sehingga terpaksa mengorbankan kualitas Benteng ditukar Kuda, namun upayanya mempromosikan bidak hanya menghasilkan pengembalian kualitas. Bahkan posisi terakhir menunjukkan Farid kalah satu bidak tetapi punya Gajah dan dua bidak, sementara lawannya punya Kuda dan tiga bidak tetapi berada pada sayap yang sama sehingga remis disetujui pada langkah ke-54 pertahanan Prancis. MI Irwanto Sadikin (2441) yang bertemu MI Bernal Gonzalez (2432) sempat unggul posisi, namun setelah melalui pertarungan penuh komplikasi dan riskan, hanya mampu bermain remis pada langkah ke-69 pertahanan Slavia. Malangnya, Yohanes Simbolon di papan tiga yang mendapat posisi lebih bagus dan tidak ada kalahnya mulai gugup ketika krisis waktu dan berturut-turut melakukan kesalahan dengan akibat yang fatal. Ia menyerah pada langkah ke-70 pembukaan reti lawan MI Leonardo Valdes (2401). (*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008