Pontianak (ANTARA News) - Penerimaan negara dari penambangan bauksit di Kalimantan Barat diperkirakan turun menyusul melemahnya permintaan dari negara pengimpor utama, Cina.

Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kalbar, Iskandar Zulkarnaen, saat dihubungi di Pontianak Minggu mengatakan, sebuah perusahaan pertambangan bauksit di Ketapang yang selama ini mengekpor 750 ribu ton per bulan ke Cina, namun sejak krisis keuangan dunia melanda, ia hanya mengekspor  250 ribu ton.

Selama ini perusahaan tersebut mengekspor bauksit mentah Cina, lalu oleh Cina diolah dan diekspor ke Amerika Serikat.

"Mungkin sekarang sudah semakin kurang. Cina juga tidak berani menampung banyak sementara," kata dia.

Ia mengatakan, setiap tahun setidaknya Pemerintah Indonesia menerima royalti sekitar Rp10 miliar dari perusahaan pertambangan yang mempunyai lahan pengelolaan di Kecamatan Kendawangan itu.

Perusahaan itu sudah beroperasi sekitar lima tahun. Pemprov Kalbar sendiri mendapatkan royalti dalam bentuk dana alokasi umum (DAU) dari pemerintah pusat.

"Kalbar mendapat penerimaan sesuai UU Perimbangan Keuangan Daerah," kata Iskandar Zulkarnaen.

Selain bauksit, Kabupaten Ketapang yang berada di bagian selatan Kalbar juga memiliki potensi tambang lainnya seperti besi, kuarsa, kaolin, zircon, dan emas.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008