Serang (ANTARA News) - Gunung Anak Krakatau (GAK) di perairan Selat Sunda, kembali diselimuti kabut tebal akibat cuaca memburuk beberapa pekan terakhir sehingga tidak terlihat jelas di pesisir pantai Anyer. "Hingga saat ini kondisi Anak Gunung Krakatau tertutup kabut," kata Kepala Pos Pemantauan Gunung Anak Krakatau, Anton Tripambudi, di Desa Pasauran Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Senin. Menurut dia, tertutupnya kabut tebal Gunung Anak Krakatau menyusul buruknya cuaca di perairan Selat Sunda. Selain gelombang laut tinggi disertai tiupan angin kencang dan hujan deras hampir menimpa sepanjang hari. Karena itu, petugas pemantau tidak bisa melihat secara langsung Gunung Anak Krakatau karena diselimuti kabut. Petugas hanya melihat aktivitas gunung merapi di perairan Selat Sunda dari alat rekaman seismograf yang ada di Pos Pemantau. Dia menyatatakan, kemungkinan besar kabut itu berasal dari cuaca buruk, sehingga tidak jelas kondisi Anak Krakatau dari kejauhan pesisir pantai Anyer 46 Km. Meskipun kondisi Gunung Anak Krakatau masih waspada atau level II dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Departemen Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Bandung. Akan tetapi, pengunjung tidak diperbolehkan mendekati kawasan Gunung Anak Krakatau karena masih berbahaya. Saat ini, aktivitas Anak Krakatau masih berlanjut kegempaan vulkanik dalam, vulkanik dangkal dan hembusan. Oleh karena itu, hingga saat ini pengunjung dan nelayan hanya diberikan rekomendasi dua kilometer dari kawasan Gunung Anak Krakatau. "Selama aktivitas kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau tahun 2007 lalu hingga kini tidak memakan korban jiwa," ujarnya. Sementara itu, data di Pos Pemantauan kegempaan vulkanik Gunung Anak Krakatau sepanjang Senin mencapai 31 kali, yakni gempa dalam sebanyak dua kali, gempa vulkanik dangkal 12 kali dan hembusan sebanyak 17 kali.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008