Jakarta (ANTARA) - Kelahiran bayi kembar menjadi salah satu yang bisa pasangan suami istri harapkan saat menjalani proses bayi tabung atau in-vitro fertilization (IVF), namun ini bukannya tanpa risiko.

"Kemungkinan mendapatkan bayi kembar itu kurang dari lima persen. Tapi tidak disarankan, kenapa? Berisiko komplikasi misalnya kelahiran prematur, " ujar ahli ginekologi di Alpha IVF & Women Specialist, Dr. Lam Wei Kian di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Usia muda semakin berpotensi sukses jalankan program bayi tabung

Selain itu, bayi juga berisiko lahir dengan berat badan rendah dan memiliki kemungkinan bertahan lebih kecil menurut ahli kesehatan seperti dikutip dari WebMD.

Pada ibu, ada risiko terkena pre-eklampsia, diabetes gestasional dan pendarahan sebelum dan sesudah persalinan.

Namun, menurut Lam, ada cara untuk mengurangi risiko kelahiran prematur yakni pemberian obat khusus agar rahim rileks dan mengurangi kontraksi.

Baca juga: Program bayi tabung pintar lebih mudah dan aman

"Ada cara yang kita bisa lakukan untuk kurangi bersalin prematur, pemberian obat agar rahim rileks, mengurangi kontraksi, semasa 24 minggu ke atas, injeksi pada ibu untuk mematangkan (fungsi) paru-paru. Kelahiran prematur berisiko paru-paru tidak matang (sempurna fungsinya)," kata dia.

Dari sisi makanan, sebenarnya tidak ada pantangan khusus bagi ibu yang menjalani IVF. Mereka tetap perlu mengonsumsi makanan bergizi secara seimbang.

"Kami sebagai dokter tidak hanya menganjurkan konsumsi makanan sehat, jangan campur dengan obat tradisional. Kita tidak tahu kandungan di dalam obatnya, mungkin ada hormon yang mempengaruhi kinerja obat injeksi," tutur Lam.

Baca juga: Ingin tambah momongan, Astrid Tiar tak mau coba bayi tabung

Sebelum menjalani IVF, pasangan suami istri harus berkonsultasi dengan dokter dan menjalani serangkaian tes mulai dari darah untuk menentukan perawatan yang diperlukan jika ternyata ada masalah dalam sistem reproduksi.

Prosedur berikutnya, pemberian injeksi atau obat-obatan untuk meningkatkan kesuburan, lalu injeksi GnRH dan pengambilan sel telur, diikuti pengambilan sperma. Kalau sperma cukup, tinggal mencemplungkannya ke sel telur dalam cawan petri. Di laboratorium, ahli embrio akan memantau embrio hingga siap ditanamkan ke rahim. Umumnya, proses IVF membutuhkan waktu lima sampai enam minggu.

Baca juga: Usia istri bisa jadi pertimbangan lakukan program bayi tabung

Baca juga: Persiapkan hal ini sebelum ikuti program bayi tabung

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2020