Jakarta (ANTARA News) - Hemant Karkare, kepala Satuan Anti Terorisme (ATS) Maharashtra, negara bagian di mana kota Mumbai berada, adalah seorang penyidik yang cerdas dan fokus yang kematiannya telah membuat jajarannya di kepolisian India menghadapi tugas ke depan lebih sulit lagi, kenang rekan-rekannya di kesatuan itu di Mumbai, India. Berdasarkan laporan berbagai koran India, Karkare (54), dihormati karena berhasil menangani banyak aksi kriminal, bekerja tanpa pandang bulu dan memiliki integritas luar biasa besar. "Satuan Anti Terorism kehilangan sosok pemberani pada diri Heman Karkare," kata Peter Lobo, inspektur Satuan Anti Teror di Pune kepada The Times, India. Karkare sedang menuju rumahnya Rabu itu, tatkala mendapatkan laporan bahwa sekelompok orang bersenjata sedang menyerang Hotel Oberoi di Mumbai, demikian Deputi Menteri Senior Maharashtra RR Patil kepada suratkabar The Hindu. Karkare lalu mendapati situasi di Stasiun KA Chhatrapati Shivaji Terminus lebih serius dari yang dilaporkan bawahannya. Kepala satuan anti teror itu dan dua perwira penyertanya bersenjatakan senapan otomatik, segera masuk jeep dan memburu para teroris. Cuplikan video dari stasiun televisi lokal mitra CNN, CNN-IBN, memperlihatkan Karkare sedang mengenakan helm kesatuan dan memakai rompi anti peluru hingga menutup kemeja biru langitnya, sementara para perwira polisi berpakaian preman bersenjata berat dan menggenggam "walkie talkie" mengelilinginya. Itu adalah gambar terakhir Karkare sebelum teroris menembaknya tiga kali di dadanya dekat RS Cama, satu tempat yang juga menjadi sasaran serangan teror di Mumbai. "Meski gila kerja, dia adalah perwira bertutur halus. ATS seakan diguncang ledakan sangat dahsyat oleh kematian tiba-tiba Karkare," kata Lobo kepada The Times sebelum meninggalkan Pune guna mengikuti upacara penghormatan terakhir kepada Karkare. Karkare bergabung dengan Kepolisian India pada 1982. Dia menjadi Kepala Satuan Anti Terorisme Maharashtra sejak Januari 2008 sekembalinya dari Austria di mana di situ dia bertugas tujuh tahun untuk Research and Analysis Wing, dinas intelijen India urusan luar negeri. Jabatan di Austria ini adalah bukti pengakuan masyarakat atas ketajamannya sebagai seorang perwira polisi, kata seorang rekan kepada The Times, India. "Mengingat kemampuannya yang luar biasa dalam menangani banyak hal, dia lalu ditempatkan di Research and Analysis Wing di Austria. Bagiku, dia seperti keluarga," Bipin Gopalakrishna yang bergabung dengan satuan anti teror pada 1982. Menurut CNN-IBN, Karkare menerima penghargaan karena berhasil menangani banyak kasus pemboman di Thane, Vashi dan Panvel serta memainkan peran kunci dalam mengungkap kasus ledakan 29 September di Malegaon yang menewaskan enam orang. Dia juga berhasil mengatasi berbagai aksi kelompok-kelompok militan Hindu di Maharashtra. Karkare pernah menghadapi tekanan politik luar biasa besar saat menyelidiki pemboman Malegaon dan telah mewantiwanti para perwira di kesatuannya untuk hanya menyelidiki dan menangani kasus. "Kita mesti mengerjakan apa yang menjadi tugas kita dan biarkan pengadilan yang memutuskan (status kasus yang ditangani polisi)," kata Karkare seperti dikutip banyak media di India. "Dia mumpuni dan mampu mengatasi situasi sulit apapun dengan penuh wira tetapi luar biasa tenang," kata Kapolres Aurangabad, Thakur Deepaksinh Gaur, kepada The Times yang mengaku menjadi mitra kerja Karkare di Aurangabad dan Nanded. Seorang perwira tinggi Kepolisian India menambahkan, "Kematiannya adalah kehilangan besar bagi kami dan seluruh rakyat." Saat tidak dalam dinas, Karkare dikenal suka memahat dan seringkali terlihat meraut kayu, demikian The Indian Express. Dia juga menyukai musik dan meramal lewat jari tangan, kata TP Sreenivasan, seorang mantan diplomat. "Kami pernah mendaulatnya berlaku sebagai peramal dari India dalam acara amal tahunan yang diselenggarakan Duta Besar India (di Austria) dan dia mempesona hadirin di acara itu," kata Sreenivasan yang bekerja bersama Karkare selama lima tahun di Wina. Sreenivasan menambahkan, Karkare yang dihormati secara internasional karena perannya dalam memerangi terorisme, korupsi dan pencucian uang, semestinya menempati jabatan di sebuah badan PBB di Wina, namun dia memilih pulang berbakti di negerinya. Karkare sangat dihormati dan tetap hidup bersemayam dalam sanubari keluarga dan semua kerabatnya serta mereka yang menghormatinya, demikian Sreenivasan kepada The Hindu. Adik lelakinya, Shirish, yang dihubungi di Pune mengaku sulit mengomentari kematian abangnya itu. "Dia adalah sosok ayah untukku," kata adik termuda Karkare itu kepada The Times, India. Menurut istri Shirish, Amruta, jenazah kepala unit antiteror itu akan disemayamkan begitu anak-anaknya yang berada di luar negeri tiba di India. Anak perempuan tertuanya, Jui Navare, tinggal di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat, sedangkan anak perempuannya yang bungsu kuliah di London School of Economic and Political Science (LSE), Inggris. Anak lelaki satu-satunya, Akash, berkuliah di R.A. Podor College of Commerce and Economics, India. Sementara istrinya, Kavita, mengajar di sebuah akademi di Mumbai. (*) (Sumber: CNN)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008