Jakarta (ANTARA News) - Otto Malik, anak tertua mantan Wapres Adam Malik, menandaskan lagi bahwa ayahnya bukan agen badan intelijen AS (CIA) seperti ditulis buku "Legacy of Ashes: The History of CIA" (diterjemahkan dengan judul "Membongkar Kegagalan CIA") dan menyebut tuduhan itu sebagai fitnah jahat. "Adam Malik pasti bukan agen CIA, bukan budak bangsa lain, bukan penghianat bangsanya," kata Otto di Jakarta, Jumat, mengenai buku karangan wartawan The New York Time, Tim Weiner itu. "Beliau adalah pejuang sejati, pahlawan nasional yang seluruh hidupnya berjuang untuk kepentingan bangsanya," kata Otto lagi. Otto mengatakan, jika melihat rekam jejak Adam Malik jelas terbukti ia selalu setia memperjuangkan prinsip-prinsip anti penjajahan dan imperialisme di forum-forum atau lembaga internasional seperti PBB dan Organisasi Konferensi Islam (OKI). Adam Malik, juga sering menentang kebijakan-kebijakan yang diambil AS seperti dalam perang Arab-Israel, krisis Kuba dan masuknya China sebagai anggota PBB. Selain itu, Adam Malik juga menentang penindasan atas bangsa lain karena ia memahami politik Indonesia yang bebas aktif dan tidak mau didikte siapapun. Adam Malik, katanya, adalah salah seorang putra terbaik bangsa Indonesia dan aktif langsung berjuang memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Jepang dan Belanda. Oleh sebab itu, kata Otto, menyatakan Adam Malik sebagai agen CIA adalah fitnah jahat, kebohongan, dan tidak masuk akal. Ia menilai buku tersebut bisa menimbulkan salah tafsir bagi pembaca awam. Pada halaman 330 dari buku itu, sebutnya, diterangkan perwira CIA Cliyde Mc Avoy telah merekrut dan mengontrol Adam Malik hanya berdasarkan dua atau tiga kali pertemuan dan wawancara tanpa menerangkan kode nomor keanggotaan dan dokumen-dokumen yang menjelaskannya. "Apakah setiap orang yang diajak bicara dan diwawancara kemudian dianggap menjadi anggota CIA," tanyanya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008