Brisbane (ANTARA News) - Memasuki hari kelima kebakaran dahsyat semak belukar di negara bagian Victoria yang menewaskan sedikitnya 181 orang, dugaan keterlibatan "arsonis" (penyulut kebakaran-red.) dalam bencana terburuk Australia sejak 1983 itu semakin kuat.

Kepolisian Victoria dalam penjelasan persnya, Rabu, menyebutkan, sebanyak 150 detektif yang masuk dalam Satgas Phoenix sudah diterjunkan ke belasan lokasi kebakaran untuk investigasi awal guna mengetahui penyebab kebakaran 7 Februari lalu, termasuk kemungkinan keterlibatan arsonis.

Di antara belasan lokasi yang menjadi sasaran investigasi Satgas itu adalah Churchill, Hazlewood, Marysville, Narbethong, Kilmore, Humevale, Kinglake, Taggerty, Mudgeegonga, Maiden Gully, Bendigo, dan Redesdale.

Dari hasil investigasi, kepolisian Victoria menyebutkan, seorang arsonis diduga keras sebagai penyulut kebakaran di daerah Churchill, Gippsland, namun sejauh ini belum ada tersangka yang ditahan.

Menanggapi dugaan keterlibatan para arsonis itu, Perdana Menteri Australia Kevin Rudd menyebut mereka yang sengaja membakar hutan semak belukar itu sebagai "pembunuh massal" dan sesuai hukum yang berlaku di negara bagian Victoria diancam hukuman seumur hidup.

"Menurut pandangan pribadi saya, mereka itu pantas dibiarkan membusuk di penjara. Itu pandangan saya. Ini adalah pembunuhan berskala massal," kata Rudd seperti dikutip Stasiun TV "Saluran Tujuh".

Dalam perkembangan lain, media setempat juga menyoroti aksi pencurian oleh orang tak bertanggungjawab di puing-puing rumah korban kebakaran.

Selain itu, warga masyarakat juga diingatkan aparat terkait agar berhati-hati dengan ulah orang-orang yang sengaja memanfaatkan momen bencana untuk mengumpulkan dana publik untuk kepentingan pribadi.

Sebaliknya, warga masyarakat dihimbau untuk menyalurkan donasinya bagi para korban bencana ke Victorian Bushfire Appeal Fund (VBAF) Palang Merah Australia dengan menghubungi nomor telepon 1800 811 700.

Hingga Rabu malam, total nilai sumbangan masyarakat yang masuk ke VBAF mencapai sedikitnya 45,5 juta dolar Australia.

Komunitas Indonesia di Australia turut berempati pada para korban. KJRI Melbourne, misalnya, akan menfasilitasi kegiatan pengumpulan dana (fundraising) masyarakat Indonesia hari Kamis (12/2).

Seruan pengumpulan bantuan berupa uang bagi para korban bencana kebakaran di Victoria itu juga dilakukan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Universitas Queensland (UQISA), Perhimpunan Komunitas Muslim Indonesia di Brisbane (IISB) dan komunitas pengajian akhir pekan "Ikhwan Brisbane".

Dana yang terkumpul akan disalurkan ke para korban lewat VBAF dan Human Appeal International Australia.

Bencana kebakaran terburuk dalam sejarah Australia sejak 1983 itu tidak hanya menelan korban jiwa tetapi juga menghancurkan lebih dari seribu rumah warga dan sekitar 400 ribu hektar hutan semak belukar.

Untuk meringankan beban para korban, pemerintah federal telah menyiapkan bantuan tunai melalui "pembayaran Pemulihan Bencana Pemerintah Australia" masing-masing 1.000 dolar bagi setiap warga berusia dewasa dan 400 dolar bagi setiap orang anak.

Para korban antara lain ditemukan di daerah Kinglake, Kinglake West, St.Andrews, Wandong, Callignee, Hazelwood, Jeeralang, Humevale, Bendigo, Upper Callignee, Long Gully, Strathewan dan Arthurs Creek.

Jumlah korban tewas diperkirakan masih bisa bertambah karena masih ada sekitar 80 orang warga yang dinyatakan hilang dan hingga Rabu (11/2) regu pemadam kebakaran Australia masih terus berjuang memadamkan api di 32 titik kebakaran.

Australia adalah salah satu negara sahabat Indonesia yang segera membantu para korban bencana tsunami Aceh-Nias tahun 2004 dan gempa bumi Nias tahun 2005. Australia juga memberikan banyak bantuan bidang pendidikan kepada Indonesia.
(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009