Bogor (ANTARA News) - Setelah sukses mengembangkan "taman Lumut" dan "taman bunga Sakura", kini Balai Konservasi Kebun Raya Cibodas (KRC) LIPI di Sindanglaya, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, siap mengembangkan "taman Mawar" (rose garden), yang akan mengumpulkan koleksi tumbuhan Mawar dari seluruh Indonesia dan dunia.

"Kami telah siapkan `rose garden` itu di lahan seluas 4.000 meter persegi, dan mudah-mudahan bisa terwujud tuntas pada tahun 2010," kata Kepala KRC Dr Didik Widyatmoko kepada ANTARA di Bogor, Kamis.

KRC adalah salah satu lembaga konservasi tumbuhan besar di Indonesia, selain Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT) Kebun Raya Bogor (KRB), Kebun Raya Purwodadi (KRP) di Pasuruan, Jawa Timur dan Kebun Raya Eka Karya (KREK) di Bedugul, Bali.

Sejumlah kepala kebun raya dan tokoh-tokoh konservasi tumbuhan di Indonesia berada di Bogor untuk menghadiri rangkaian kegiatan HUT PKT Kebun Raya Bogor (PKT-KRB) ke-192, yang diperingati hari Senin (18/5).

Menurut dia, pengembangan adanya "taman Mawar" itu dilakukan atas kerjasama KRC dengan Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI) yang punya jejaring kepada pihak swasta, yang akan membantu pendanaan bagi terwujudnya taman dimaksud.

Ia mengaku bahwa secara keseluruhan, dana yang dibutuhkan untuk pengembangan "taman Mawar" itu lebih kurang Rp2,8 miliar.

Karena alokasi dana di KRC terbatas, maka diharapkan bantuan dari pihak swasta itulah yang bisa membantu mewujudkannya.

Dikemukakannya bahwa di berbagai daerah seluruh Indonesia, keberadaan tumbuhan Mawar selama ini belum terkoleksi secara memadai, sehingga keberadaan "taman Mawar" di KRC, nantinya akan mengumpulkan seluruh jenis yang tumbuh, termasuk diupayakan jenis lain dari luar Indonesia.

"Dengan adanya koleksi yang ada, maka ciri khas Mawar masing-masing daerah di Nusantara, ditambah dengan jenis dari berbagai belahan dunia lainnya, akan menjadikan `taman Mawar` di KRC sebagai pusat penelitian dan pengembangan untuk konservasi tumbuhan ini," katanya.

Ia menyebut di antara keunikan yang sudah ada adalah jenis Mawar merah-putih, yang merupakan simbol dari bendera Republik Indonesia, serta berbagai jenis lainnya.

"Dengan ciri khas dan keunikan yang ada dari Mawar yang ada di seluruh Indonesia ini, tentunya akan menambah semangat untuk penelitian dan pengembangannya," kata Didik Widyatmoko.

Sementara itu, Kepala Kebun Raya Purwodadi Ir Djauhar Asikin, MSc menjelaskan bahwa di KRP, yang lebih dominan pada ciri khas tumbuhan iklim kering, juga sedang dikembangkan tumbuhan pendukung sumberdaya air, yang kemudian disumbangkan untuk membantu program pemulihan lahan kritis di daerah sekitarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009