Sidney (ANTARA News/AFP) - Satu Airbus dari satu maskapai penerbangan Australia terpaksa melakukan pendaratan darurat di sebuah pulau terpencil di Pacific, Kamis, hanya beberapa hari setelah tragedi jatuhnya pesawat Air France yang juga dari jenis Airbus.

Penerbangan dari Jepang terpaksa didaratkan di Guam setelah ledakan terdengar di ruang kokpit, demikian pihak berwenang.

Asap yang disusul percikan api terlihat dekat jendela kokpit, empat jam setelah pesawat dari maskapai Jetstar bernomor penerbangan JQ20 tinggal landas dari Osaka menuju Gold Coast, Australia.

Awak pesawat dengan tangkas menyiram api dengan alat pemadam sebelum pesawat mendarat di Guam.

Tidak ada seorang pun dari 203 penumpang dan awak Airbus A330-200 itu terluka. Pesawat mendarat sekitar pukul 2.20 dini hari tadi dan seluruh penumpang segera diungsikan ke hotel terdekat.

Insiden ini terjadi pada model pesawat yang sama dengan kecelakaan pesawat Air France 1 Juni lalu manakala seluruh dari 228 penumpang dan awak dari penerbangan yang terbang dari Brazil itu terbunuh dalam kecelakaan misterius di Samudera Atlantik.

"Diakui ada asap dalam kokpit yang diikuti oleh api di area jendela kokpit sebelum kemudian dipadamkan oleh awak teknis pesawat," demikian pernyataan Jetstar sembari menyatakan ruang kokpit nyaris terbakar jika tidak segera dipadamkan.

Para pejabat Australia yang terbang ke Guam untuk menyelidiki kebakaran, sementara Jetstar yang satu grup dengan maskapai penerbangan Qantas mengirim A330 lainnya dari Sidney untuk menjemput penumpang dan awak pesawat terkena insiden itu.

"Satu tim penyelidik akan mengunjungi Guam pagi ini untuk mengadakan investigasi," demikian pernyataan Biro Keamanan Transportasi Australia.

Seorang pakar pesawat menyatakan penyelidikan akan difokuskan terhadap terjadinya hubungan pendek pada sistem pemanas jendela pesawat.

"Seharusnya kejadian seperti tak perlu terjadi. Para penyelidik ingin mengetahui mengapa hal itu bisa terjadi," kata Geoffrey Thomas, editor senior Air Transport World, kepada Sky News.

"Pesawat itu sama modelnya dengan pesawat Air France (yang jatuh di Atlantik) kendati pabrik berbeda membuat bagian-bagian berbeda dari pesawat jenis ini."

Airbus menekanankan keamanan pada jenis A330 yang diproduksinya setelah tragedi Air France, dalam mana para penyelidik meyakini kesalahan sensor kecepatan udara menjadi penyebab pilot bingung menentukan apakah pesawat terlalu rendah atau terlalu cepat terbang, lalu jatuh sehingga badan pesawat terbelah.

Minggu ini Qantas menyatakan tidak berencana mengganti sensor kecepatan udara pada semua A330 miliknya karena dibuat oleh pabrik yang berbeda.

Qantas menolak adanya hubungan dengan kecelakaan Air France dan kecelakaan Oktober lalu manakala sebuah A330 milik Qantas menukik terlalu tajam sehingga beberapa penumpang terluka dan memaksa pesawat didaratkan darurat. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009