Jakarta (ANTARA News) - Penampilan musisi kawakan Indonesia Dwiki Dharmawan bersama sejumlah musisi dunia dalam konser `live` bertajuk "World Peace Orchestra" (WPO) menyihir ratusan penonton yang memadati Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), Rabu malam.

Ratusan pasang mata seakan-akan tidak bisa melepaskan padangan dari aksi demi aksi para musisi yang tampil total, mengeksplorasi kekayaan unsur bunyi-bunyian tradisional Indonesia.

Penonton kemudian secara serempak memberikan aplus tatkala tiga lagu rakyat asal Flores "IE", "Anaratitin Teo", dan "Benggong Banggong", lagu tradisional "Paris Barantai" asal Kalimantan dan "Janger" dari Bali, ditampilkan secara bergantian.

Penonton semakin terpukau ketika gitaris asal Dubai Kamal Mussalam tampil diiringi Dwiki Dharmawan. Begitu pula dengan aksi kocak Steve Thornton (perkusi) dan Lewis Reyes Jr (drums) yang tampil atraktif, menghibur penonton.

Kolaborasi musik yang dihadirkan seakan-akan membawa penonton berimajinasi untuk kembali menikmati keaslian alam dan budaya Indonesia, dengan kearifan lokalnya.

Suasana kental dengan nilai oriental tersaji ketika komposer asal Bali Nyoman Windha dan Dwiki Dharmawan menampilkan karya yang berjudul "Gunungan".

Konser tersebut menandai peluncuran album CD WPO yang merupakan karya kolaboratif Dwiki Dharmawan bersama sejumlah musisi dunia.

Kegiatan yang dirancang RN Presents dan Omega Pacific tersebut didukung Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, sekaligus mengampanyekan "Vote Komodo National Park For The New7Wonders".

Konser ini merupakan bagian dari upaya untuk mengumpulkan sebesar-besarnya jumlah suara agar Taman Nasional Komodo masuk dalam tujuh keajaiban dunia.

Pada kesempatan itu, Dwiki bersama WPO menampilkan seluruh karya yang terdapat dalam album WPO yang dirilis di bawah label Omega Pacific Production dengan eksekutif producer Gita Wirjawan.

Album ini terdiri dari 12 komposisi, dan direkam di berbagai kota di dunia mulai dari Jakarta, Kuala Lumpur, Los Angeles, Sydney hingga Beijing.

Rasa dari musik yang ada dalam album tersebut pun sudah menjadi fusi musikalitas yang ciamik. Contohnya, lagu asal Flores dipadu dengan suling, taganing asal Batak dan Perkusi beraroma latin.

"Album ini menjadi kontribusi Indonesia untuk musik dunia," ujar Dwiki, musisi kebanggaan Indonesia yang pernah meraih penghargaan "The Best Keyboard Player" pada Yamaha Light Music Contest 1985 di Tokyo, Jepang.

Ia mengaku akan terus merekomposisi lagu-lagu tradisional Indonesia yang dinilainya sangat luar biasa.

Juga berpartisipasi dalam konser WPO tersebut musisi kawakan Indonesia lainnya, Dewa Budjana.

Para musisi yang tampil bersama Dwiki Dharmawan tersebut mewakili penghuni WPO lainnya seperti Walfredo Reyes Jr (drum), Jimmy Haslip (bass), Russel Ferante (keyboard), Michael Paulo (saksofon), Tollak Ollestad (harmonica), Andy Suzuky (Saksofon/clarinet/flute), Guy Strazz (gitar), dan Rodrigo Galvao (perkusi).

Tampak hadir menyaksikan konser sejumlah menteri dan duta besar negara sahabat.

Selain itu para musisi terkenal seperti Tohpati, Fariz RM, dan artis Ita Purnama Sari (istri Dwiki Dharmawan).

Dwiki Dharmawan dilahirkan di Bandung pada tahun 1966. Dia mempelajari piano klasik pada usia 6 tahun. Di usia 13 tahun dia belajar piano jazz kepada Elfa S. Sejak kecil dia sudah sering menciptakan karya musik instrumental.

Dwiki memulai karier pada 1985, saat membentuk grup musik "Krakatau" bersama Pra B Dharma, Donny Suhendra dan Budhy Haryono. (*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009