Jakarta (ANTARA News) - Michael Jackson mulai menyebut dirinya Raja Pop sekitar tahun 1991, hanya beberapa saat sebelum kerajaan musiknya secara simbolis runtuh.

Pada 11 Januari 1992, album Dangerous miliknya dihempaskan dari pemuncak tangga lagu Billboard 200 oleh Nevermind dari Nirvana, dan ini menandai akhir kekuasaan musik Michael dan menutup tirai era musik pop yang diwakilinya.

Kini, lanskap musik pop remuk menjadi serpihan-serpihan, pecah menjadi ratusan kotak pasar, subgenre dan mikrogenre.

Kendati tubrukan terbesar telah memutus jarak dengan pemirsa, kita tidak akan pernah lagi mengalami masa ketika Michael didewakan pada 1980an, manakala Thriller menciutkan dunia.

Di tengah tangisan untuk Michael, kita juga meratapi hengkangnya masa musik berbudaya tunggal manakala kita menyaksikan seluruh negeri, seisi planet, mendengarkan lagu-lagu yang sama.

Thriller (1982) adalah masterpiece, karya teragung Michael, tapi juga kutukannya. Album itu membuatnya mendapatkan pemujaan yang tak pernah diraih sebelumnya.

Tak seorang pun, bahkan Frank Sinatra, Elvis Presley dan the Beatles, mampu menarik perhatian penonton global sebesar seperti diciptakan Michael, tetapi album itu juga yang menjadi tonggak komersial dan artistik yang sepanjang sisa hidupnya berusaha dicapai kembali oleh Michael.

Album-album dia berikutnya tetap memukau. Bad (1987) adalah masterpiece oleh karya itu sendiri, sementara Dangerous (1991), HIStory (1995), dan Invincible (2001) memikat di banyak bagian.

Segera setelah itu musik Michael melenceng menjadi megalomania, anggaran produksi gila-gilaan, balada-balada Wagnerian (bergaya opera dari musisi klasik Richard Wagner), lagu-lagu yang mengalun liar diantara rasa mengasihi diri dan kemegahan.

Dia nyanyikan Heal the World, namun wajahnya sendiri dipoles bedah plastik yang mengungkapkan sakit di dalamnya.

Pada 1995 di Brit Awards (penghargaan musik Inggris setara Grammy), Michael melantunkan Earth Song dikelilingi paduan suara anak-anak dan seorang aktor yang mengenakan busana ala pendeta Yahudi (rabbi) yang "memberkati" Michael.

Tayangan itu diinterupsi oleh tampilnya Jarvis Cocker, vokalis utama band rock alternatif asal Inggris "Pulp," yang menggoyangkan pinggulnya di depan penonton, sementara Michael perlahan diangkat lewat tangga hidrolik.

Saat itu, Cocker berkata, "Aksi panggungku adalah bentuk protes terhadap cara Michael Jackson melihat dirinya seperti gambaran serupa Kristus dengan kekuatan penyembuhannya."

Omong kosong itu tampak memalukan, demikian pula pemandangan dan jua kekeliruan musikal yang menyengsarakan saat itu. Di bawah produksi yang mewah, lagu-lagu terbaik Michael adalah model bagi kekerasan yang agak membosankan.

Mendengarkan Don't Stop 'Til You Get Enough, Billie Jean, Wanna Be Startin' Something, dan The Way You Make Me Feel, anda diingkatkan bahwa bintang pop terbesar di generasinya itu adalah juga penulis lagu tak ada bandingannya.

Keagungan album-album terbaiknya adalah semacam arsitektur musik gaya lama yang didasarkan pada simetri tipuan lagu pop yang sifatnya klasik, yang diserap Michael saat melewati masa magang di studio rekaman Motown.

Jangan lupa, bahwa debut nomor single Jackson 5 yang direkam saat Michael berusia 11 tahun, adalah rekaman pop terbesar sepanjang masa.

Bagi mereka yang tumbuh di era keemasan Michael, adalah mencengangkan mengetahui betapa lamanya dia menguasai tangga lalu terpopuler Billboard.

Namun, pada 2000an, Michael hanya menempatkan dua lagunya pada barisan 40 Top. Nomor single terakhirnya yang merajai tangga lagu terbaik adalah You Are Not Alone, keluar 14 tahun lalu.

Generasi pop kemudian muncul tanpa kehadiran Michael, semuanye mengenakan Jacksonism, paham musiknya.

Pengaruhnya begitu besar pada musik yang dibawakan ikon-ikon besar masa kini, dari Justin Timberlake dan Usher yang tak segan menirunya, sampai para diva pop semisal Beyoncé dan Rihanna yang menyanyi dalam irama cepat layaknya hit-hit Michael seperti Smooth Criminal disamping tampilannya yang menyamai kecemerlangan aksi panggung Michael.

Para sejarawan musik akan menengok ke belakang ke kuartal terakhir abad lalu pada periode dimana genre R&B mendominasi musik Amerika, dan itu semua hasil jerih payah Michael.

Kini musik-musik itu bertengger kuat pada Top 40, yaitu tempat yang sebelumnya dipancangkan kuat-kuat oleh Michael pada 1980an, tatkala dia meruntuhkan sekat rasial di radio-radio AS dan MTV.

Jika pun ada harapan dari kematian mendadak Michael di usianya yang ke-50, maka itu adalah mengenai bagaimana kita mengalihkan perhatian kita dari kegelapan hidupnya, menjadi berkonsentrasi pada karya-karya seninya.

Dia adalah leluhur para entertainer. Dia pelantun sekaligus penari yang di setiap tampilannya berjuang mengelinding di tengah penontong lewat gambaran agresif bakat dan karismanya.

Kita tergoda untuk memisahkan Wacko Jacko dari Michael Jackson, dan itu tak kuasa kita lakukan.

Michael adalah artis yang introspektif; dia senantia memulai tampilannya dengan orang di depan cermin. Kendati dia yang terbesar dan termegah dibanding bintang pop manapun sebelum dan pada masanya, dia ingin semua orang di dunia membeli album-albumnya, dia tidak mau kompromi.

Musiknya adalah teraneh dan tergelap yang berhasil melewati pencapaian sukses menjadi terlaris, dia hanya bisa dibandingkan dengan Frank Sinatra, Elvis, the Beatles, dan Madonna.

Perhatikan beberapa judul berikut: Bad, Dangerous, Leave Me Alone, Blood on the Dance Floor, Scream, In the Closet, Cry, The Lost Children, Threatened. Jijik, hasrat seksual, kesedihan tiada henti, kekerasan, teror, keangkuhan selebriti, adalah tema-tema agung dari karya-karyanya.

Dan nanti jika anda hendak menarikan "Wanna Be Startin' Something," jangan lupa nyanyikan lirik: "It's too high to get over/ Too low to get under/ You're stuck in the middle/ And the pain is thunder/ You're a vegetable/ Still they hate you .../ You're just a buffet/ They eat off of you."

Benar atau tidak, faktanya Jackson itu wacko (keren), tentunya saja musiknya. Musiknya penuh keceriaan, sakit, dan sangat transenden (melewati batas-batas kemanusiawian).

C'mon and Groove, dia nyanyikan 30 tahun silam dalam Off the Wall. "Let the madness in the music get to you...Biarkan kegilaan dalam musik merengkuhmu." (*)

Sumber: Slate Online, 26 Juni 2009

Oleh
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009