Jakarta, (ANTARA News) - 1957, Spanyol meladeni Belgia. Tampil sosok Di Stefano. Aksi plus atraksinya memukau penggila bola semesta. Decak kagum mengisi atmosfer laga kedua negara. Ia menceploskan bola ke gawang Belgia dengan menggunakan tumit kaki.

Reaksi berhamburan, lautan penonton sontak bersorak menyambut tiga huruf : gol!Alfredo Di Stefano, bintang Argentina merentang seantero, membelah langit "Negeri Matador", dan mengisi palung hati setiap penonton, dalam peristiwa gol demi gol. Bayarannya kontan yakni keintiman.

Dia telah menyandera hati publik, mengisi dahaga di tengah gurun sahara kehidupan. Bukan menyandarkan diri pada "rasa" belaka, melainkan melakonkan "fakta". Dia fenomenal.

Juli 2009, terlontar pernyataan memukau, dari salah seorang kawula muda asal Portugal. Dia meninju dunia dengan seabrek ziarah prestasi sebagai pemain bola di salah satu klub elite di kolong langit ini. Dari Manchester United menuju Real Madrid. Dari Liga Primer menuju La Liga. Dia revolusioner.

Dia mengenakan kostum bernomor 7 di tanah Inggris. Julukannya, CR7. Dia menggunakan kostum bernomor 9 di tanah Spanyol. Julukannya, CR9. Cristiano Ronaldo menapaki kerinduan akan berkas perjalanan masa dari alfa menuju omega. Kencan perdana meretas masa, mengukir nama. Awal merengkuh sukses, akhir melabuhkan sukses.

Popularitas sebatas berbayar, meski simbolnya sebatas gelontoran uang. Dia mencatatkan diri sebagai pemain bola termahal. Megatransfer senilai 94 juta euro. "Target saya tampil sebagai salah satu pemain terbaik dalam sejarah klub. Bahkan mungkin yang terbaik," katanya. Mata uangnya bernas, yang terbaik, yang termahal.

"Di Stefano merupakan sosok 'mythical' di dunia sepak bola seperti Bobby Charlton di Manchester United. Saya ingin seperti dia," kata Ronaldo lagi. Luncuran kata-kata dari pemuda berusia 24 tahun kelahiran kota Funchal membongkar "yang biasa-biasa saja" untuk menggapai kencan perdana yang menggetarkan hati.

Dengan selaksa aksi lapangan, dia mengomunikasikan diri. Bukankah formula laga bola menyimpan rahasia aksi ditambah reaksi dibumbui komunikasi.

Bravo C.Ronaldo! Sebanyak 80.000 fans Madrid menyentak malam inaugurasi di Stadion Bernabeu. Serta merta, media massa global mencatat dan merekamnya sebagai rekor fantastis.

Merayakan kerumunan di tengah torehan kombinasi jumlah transfer serba mega bagi Kaka, Cristiano Ronaldo, Raul Albiol, dan Karim Benzema senilai lebih dari 200 juta euro (Rp2,8 triliun). Ini masih belum memasukkan Franck Ribery dan Xabi Alonso. Di atas langit, ada langit.

Ketika merespons denyut serba mega dari kencan perdana CR9 tersembul simbolisasi bahwa tidak semua yang manusiawi dapat dikomunikasikan dengan kejernihan rasional.

Dedengkotnya Presiden Los Blancos Florentino Perez. Dia menyentak hati dunia. Dia berambisi menghidupkan kembali Los Galacticos. Dia mengusung ujaran filosofis sebagai "ens symbolicum".

Gayung bersambut. Kencan berbunga-bunga karena CR9 berujar sumringah. "Saya tidak pernah membayangkan bahwa fans begitu gegap gempita. Penyambutan yang mengesankan, peristiwa yang mendenyutkan makna istimewa," katanya. "Jika kami memenangi Liga Champions, saya senang. Kami memperjuangkannya langkah demi langkah."

Sejak berlabuh ke Manchester United dalam usia 18 tahun pada 2003, ia berusaha merengkuh predikat sebagai pemain terbaik dunia. Ia menyabet penghargaan Ballon d'Or sebagai pemain terbaik Eropa.

Markas Old Trafford membekas, bukan sebatas berkas dari kenangan akan pemain terbaik FIFA tahun 2008. Dia menggores sebuah kencan perdana di Bernabeau dengan menawarkan koleksi gengsi.

Buru-buru CR9 memainkan sederet kartu percintaan bahkan persahabatan. Ia memahami makna simbolis dari misteri cinta dan persahabatan. "Saya harus mengucapkan terima kasih kepada seluruh pendukung, bos, teman-teman dan rekan-rekan. Saya telah menjalin pertemanan dengan mereka selama enam tahun. Saya beroleh persahabatan hangat dengan mereka," katanya mengungkapkan.

Percintaan, persahabatan dan perkawanan tampil sebagai simbol dari "yang konkret" dari sejatinya hubungan antara manusia.

Simbol mengomunikasikan siapa, bukan apa dan bagaimana. Karena mengaitkan siapa, maka simbol menyajikan nilai keterbukaan. Dan CR9 ingin tampil secara simbolis, sedemikian transparan.

Kerinduan pun mendekap CR9. "Saya kehilangan banyak hal dari Manchester. Inilah hidup. Ini rumah baru saya, ini klub baru saya. Saya ingin memberi seratus persen bagi klub ini," katanya. Ia pun mewartakan bahwa La Liga lebih perkasa dibandingkan dengan sepakbola Inggris. "Saya berkeyakinan bahwa La Liga punya kualitas karena didukung pemain berkualitas," katanya pula.

Kerinduan? Kiper Chelsea, Petr Cech mengutarakan kerinduan sebagai salah satu sisi bermakna dari kemanusiaan. Menurut dia, Cristiano Ronaldo akan kangen berat dengan Manchester United (MU). Di tempat itu, dia merangkai asa, mengurai kebesaran.

"Ronaldo punya tiga musim yang indah di MU, terutama dalam dua musim terakhir. Aku kira MU adalah klub yang tak pernah hanya tergantung kepada satu pemain," jelas Cech. "Kukira Ronaldo-lah yang akan merindukan MU, daripada MU merindukan Ronaldo".

Aksi dan reaksi publik setali tiga uang. Penggila Madrid merindukan sosok Cristiano Ronaldo. Sama halnya ketika 75.000 orang pendukung skuad Napoli menyambut kedatangan bintang Argentina Diego Maradona dari FC Barcelona pada Juli 1984. Ribuan pendukung Madrid telah mengular untuk melabel CR9 sebagai permata hati.

"Saya ke sini karena dia punya paras ganteng dan saya dari Madrid," kata seorang perempuan muda yang diwawancarai televisi swasta TVE. Ia duduk dikelilingi teman-temannya di luar stadion. Inilah simbolisasi dari kerinduan pecinta Madrid akan sosok pujaan hati.

Inilah kencan perdana CR9. Publik menyambangi kerinduan dan CR9 mengimbangi dengan keteguhan hati.Kencan perdana bintang asal Portugal itu di Madrid menyentuh pesan bagi mereka yang mengandalkan percintaan, persahabatan dan perkawanan. Suasana hati ditentukan bukan oleh siapa-siapa, tetapi oleh diri sendiri.

Untuk mereka yang sedang dilanda kasmaran, maka seseorang akan berkata kepada kekasihnya atau sahabatnya, "Aku tidak merasa bertanggungjawab atas secuil perasaannya. Aku melepaskan keinginan untuk mengontrol perasaannya. Jauh lebih nyaman jika ia mengungkapkan segalanya secara jujur. Rasa cinta akan mekar berkembang bila kami saling melepaskan diri dari keinginan mengawasi satu sama lain."

Jika 80.000 pendukung Madrid menyentuh langit dengan cinta, maka CR9 menanggapi dengan sayang. Jagat simbol menciptakan situasi serba baru. Baik penolakan maupun penerimaan hanyalah sebatas respons. Yang merespons tetaplah pribadi unik dan menyisakan misteri. Misteri jagat bola.(*)

Pewarta: Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009