Brisbane (ANTARA News) - Keberhasilan Polri menewaskan gembong teroris asal Malaysia Noordin M.Top selayaknya mendapat respons positif pemerintah Australia dengan meninjau kembali tingkat status peringatan perjalanannya kepada Indonesia, kata Pengamat Pariwisata Bali Dr.I Nyoman Darma Putra.

"Saya berharap pemerintah Australia segera meninjau kembali level travel warning (tingkat peringatan perjalanan)-nya menyusul keberhasilan Indonesia menewaskan Noordin M. Top karena selama ini travel warning itu selalu dibuat berdasarkan situasi keamanan," katanya kepada ANTARA di Brisbane, Jumat.

Selama ini pemerintah Australia konsisten mempertahankan level empat status peringatan perjalanannya kepada Indonesia setiap kali ada serangan teroris.

"Sekarang ini, dengan terbunuhnya gembong teroris asal malaysia ini, sepatutnya pemerintah Australia segera mengevaluasi level travel warning-nya," katanya.

Menurut Penulis buku "Bali dalam Kuasa Politik" (2008) yang juga dosen senior Universitas Udayana Bali itu, peringatan perjalanan level empat Australia untuk Indonesia itu sangat kontraproduktif pada industri pariwisata Bali dan daerah-daerah lain.

"Kasihan pariwisata Indonesia, khususnya Bali. Akibat level empat peringatan perjalanan ini, Bali tidak mendapat peluang optimal merebut pasar turis Australia padahal kalau turis Australia ramai ke Bali, maskapai penerbangan negara itu pun untung," katanya.

Selama ini, Jetstar dan Virgin, dua maskapai penerbangan murah Australia, melayani rute penerbangan dari berbagai kota utama negara itu ke Denpasar, Bali, kata Darma Putra.

Sejak 2001, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) konsisten mengelompokkan Indonesia ke dalam 20 negara di dunia yang patut diwaspadai setiap warga negaranya sebelum memutuskan untuk berkunjung.

Dimata DFAT, kondisi Indonesia tak berbeda dengan Aljazair, Angola, Republik Demokratik Kongo, Eritrea, Ethiopia, Guinea, Haiti, Honduras, Lebanon, Liberia, Madagaskar, Mauritania, Nigeria, Pakistan, Saudi Arabia, Sri Lanka, Yaman, dan Zimbabwe.

Bagi Pemerintahan Kevin Rudd, Indonesia tetaplah sebuah negara "abnormal" dan tidak aman bagi para warga negaranya untuk secara bebas dikunjungi sekalipun rekam jejak kesuksesan Indonesia dalam menumpas jaringan terorisme mendapat pengakuan dunia.

Tidak pernah berubah
Peringkat status peringatan perjalanan yang diberlakukan DFAT kepada Indonesia ini tidak pernah berubah sejak era Howard hingga kubu Partai Buruh berkuasa di Canberra, yakni level empat atau hanya terpaut satu tingkat di bawah level lima (dilarang untuk dikunjungi).

Makna di balik peringatan perjalanan level empat itu adalah setiap warga Australia yang berniat berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia diminta untuk "mempertimbangkan kembali" rencana mereka itu karena alasan keamanan (ancaman terorisme).

Sebaliknya, DFAT memberikan status peringatan perjalanan level tiga untuk Timor Leste atau jauh lebih baik dari Indonesia.

Terlepas dari peringatan perjalanan Australia yang tak pernah berubah sejak 2001 ini, Perdana Menteri Kevin Rudd memuji dan menyampaikan selamat kepada Indonesia atas keberhasilan Polri menewaskan Noordin M.Top, dalam baku tembak di sebuah rumah di Solo, Jawa Tengah, Kamis (17/9).

"Ini adalah operasi yang sangat sulit dan memakan waktu panjang. Kredit (keberhasilan) ini pantas diberikan untuk bangsa Indonesia lewat aparat keamanannya yang telah menunaikan tugas ini," katanya dalam wawancara dengan "ABC AM" Jumat pagi.

Namun pemimpin Australia itu mengingatkan sukses yang dicapai Polri hendaknya "tidak membiarkan kita berpuas diri dengan masa depan karena Jemaah Islamiyah dan Al Qaidah masih hidup dan baik."

Di mata Rudd, gembong teroris asal Malaysia ini terlibat dalam berbagai aksi terorisme di Indonesia, seperti bom Bali 2002 dan 2005, bom Hotel Marriott Jakarta tahun 2003 dan 2009, dan serangan terhadap gedung Kedutaan Besar Australia di Jakarta 2004.

Polri meyakini gembong teroris asal Malaysia, Noordin M.Top, terlibat dalam banyak aksi penyerangan yang menelan ratusan orang korban jiwa warga masyarakat di berbagai tempat di Indonesia itu.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009