Makassar (ANTARA News) - Sebanyak 413 hektar sawah di kecamatan Bonebone dan Malengke, kabupaten Luwu Utara (Lutra), Sulawesi Selatan, mengalami kekeringan sehingga padi yang baru berusia satu bulan rusak akibat tidak adanya jaringan irigasi air ke lahan padi tersebut.

Padahal, kata Kepala Bidang Agribisnis Kultur Teknologi Dinas Pertanian kabupaten Lutra, Awaluddin Sukri di Makassar, Kamis, tanaman padi yang rusak di kecamatan Bonebone mencapai 302 ha dan Malangke 111 ha dengan produksi rata-rata setiap hektarnya 4-5 ton gabah kering panen.

Guna mengatasi, sekaligus menyelamatkan kantong-kantong produksi beras terbanyak di daerah itu dari kekeringan, pihaknya dalam waktu dekat ini mengupayakan membangun jaringan pengairan dengan sistem pompanisasi dan sumur bor agar sawah petani tidak rusak.

"Ini dilakukan agar produksi padi di daerah ini tetap meningkat, apalagi Lutra merupakan salah satu daerah kabupaten penyanggah beras di provinsi ini," katanya seraya menambahkan, berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) hujan baru mulai normal akhir Nopember 2009.

Selama ini, ungkapnya, jaringan irigasi ke sawah petani di dua kecamatan tersebut belum ada sehingga jika jadwal tanam padi kedua di daerah ini tiba, petani hanya mengandalkan tadah hujan di samping usaha mendatangkan air dari sungai melalui jaringan pompa air yang dilakukan kelompok tani.

Pemerintah kabupaten Lutra saat ini membentuk posko Penanggulangan Bencana Alam Kekeringan (PBAK) guna mengantisipasi kegagalan panen padi di daerah itu.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Sulsel, Lutfi Halide mengatakan, sejumlah daerah kabupaten penghasil beras di provinsi ini mengalami kekeringan karena musim kemarau agak panjang namun masalah tersebut tidak akan mempengaruhi program surplus beras Sulsel tahun 2009-2010 sebanyak 2,1 juta ton.

"Sebab, usia tanaman padi yang mengalami kekeringan masih relatif muda sehingga bisa segera diganti dengan benih padi tahan hama sambil menunggu masuknya musim hujan Nopember mendatang," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009