Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) My Esti Wijayati meminta Perpustakaan Nasional (Perpusnas) membuat peta jalan perpustakaan agar target dan program menjadi lebih terukur.

"Mana daerah-daerah yang memiliki infrastruktur belum memadai. Mana daerah yang masih minim akses internet. Ini harus dipetakan agar nantinya Perpusnas bisa bersinergi dengan kementerian/lembaga lain, misalnya Kominfo untuk penyediaan akses internet," kata Esti dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Baca juga: Literasi tingkatkan kreativitas masyarakat pada era normal baru

Baca juga: Perpusnas : Perpustakaan desa tingkatkan produktivitas masyarakat


Esti menambahkan keberadaan perpustakaan di daerah sangat penting untuk mendorong minat baca masyarakat.

Anggota Komisi X dari Fraksi PDIP, Putra Nababan menyarankan agar Perpusnas membuat program-program kegiatan berbasis virtual atau daring sesuai dengan perkembangan zaman.

"Perpusnas jangan lagi berpikir sebagai 'carrier' atau pembawa informasi, tetapi harus berani berpikir sebagai supplier atau pemasok kebutuhan informasi melalui bahan bacaan," kata Putra Nababan.

Putra mengatakan kemegahan gedung baru fasilitas layanan perpustakaan dianggap sebagai simbol kebangkitan budaya literasi di Tanah Air. Namun, kemegahan tersebut harus diikuti dengan keseriusan dan dukungan dari Perpusnas dan perpustakaan di tiap daerah untuk meningkatkan minat baca masyarakat.

"Perpusnas dan Perpusda harus menjadi katalisator dalam membangun budaya literasi dan menjadikannya sebagai gaya hidup pada era normal baru demi mencapai cita-cita bangsa, yakni menciptakan SDM yang unggul," ucap Anggota Komisi X dari Fraksi PPP, Illiza Sa’adudin.

Baca juga: Perpusnas kembali layani pengunjung dengan terapkan protokol kesehatan

Dalam rapat dengar pendapat dengan Komosi X pada Selasa (23/6), Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan cita-cita bangsa dapat dicapai jika memiliki pendidikan yang baik dan berkualitas. Selain pendidikan sekolah, cara lain mendapatkan akses pendidikan yang baik dan berkualitas adalah melalui perpustakaan.

Pada saat pandemi, perpustakaan justru menjadi primadona terutama bagi yang menjalankan aktivitas dari rumah.

Perpusnas mengajukan usulan penambahan anggaran pada 2021 sebesar Rp252,56 miliar.

"Angka tersebut adalah kebutuhan untuk mengejar target pengembangan perpustakaan dan literasi yang terpotong akibat COVID-19 di 2020. Kami meyakini bahwa literasi memiliki kontribusi positif dalam menciptakan inovasi serta keterampilan kecakapan sosial," kata Syarif.

Baca juga: Perpusnas susun strategi pelayanan pada era normal baru

Baca juga: Perpusnas segera jadi "big data" Indonesia


Sejumlah capaian positif yang diraih Perpusnas, pertama terjadi kenaikan angka indeks membaca dari 52,92 pada 2018 menjadi 53,84 pada 2019. Kedua, peningkatan signifikan penyerahan karya cetak dan karya rekam (KCKR), jika sebelumnya hanya 68.824 (142.660 eksemplar) pada 2018, mengalami lonjakan menjadi 324.021 (396.198 eksemplar) pada 2019.

"Kami menerapkan strategi untuk tidak memberikan nomor ISBN baru kepada penerbit jika belum menyerahkan hasil terbitannya kepada Perpusnas," jelasSyarif Bando.

Capaian positif lainnya adalah tingkat kepuasan pemustaka dari 4,0 naik menjadi 4,39. Sedangkan angka kunjungan yang semula 5,9 juta pada 2018, melonjak menjadi 9,79 juta pada 2019.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020