Jakarta (ANTARA News) - Anak usaha Bank Dunia, International Finance Corporation (IFC), berencana melakukan investasi 300-400 juta dolar AS setiap tahunnya sampai tiga tahun ke depan atau mencapai 900 juta-1,2 miliar dolar sebagai bagian dari strategi IFC ikut mendorong pembangunan Indonesia lima tahun mendatang.

"Untuk tiga tahun ke depan, investasi IFC akan mencapai 300-400 juta dolar AS per tahunnya dengan fokus pada pembiayaan jangka panjang, pembagian risiko dan penanaman modal," kata Manajer IFC untuk Indonesia, Adam Sack, di Jakarta, Kamis.

Dalam strategi jangka panjang, katanya, IFC akan mendorong peran lebih besar sektor swasta dalam menghadapi tantangan perekonomian Indonesia ke depan.

"Sektor swasta mempunyai peran penting dalam mengatasi berbagai tantangan tersebut. Kami merancang agar strategi kami dapat memberikan dampak positif melalui pengembangan sektor swasta," kata Sack.

Ia mengatakan, ke depan pihaknya akan berencana masuk di sektor finansial, agrikultur, dan manufaktur. Pihaknya juga terus melihat investasi di sektor infrastruktur, seperti pembangkit listrik dan perumahan.

Sack menambahkan, pihaknya mencari peluang untuk berinvestasi dengan melakukan penanaman modal langsung di sektor perbankan. Hal ini, menurut dia, guna mendorong akses pembiayaan terhadap para petani dan UMKM melalui investasi ke beberapa bank.

"Kita juga masih akan terus berinvestasi di sektor perbankan, terutama mendorong pembiayaan ke sektor UMKM. Ke depan, investasi dalam bentuk ekuiti (menanamkan modal) terus dijajaki, setidaknya kita akan berinvestasi hanya 15-20 persen share kita atau tidak menjadi mayoritas. Setidaknya tiga bank lagi sedang kami jajaki,"" katanya.

Saat ini, menurut dia, IFC telah berinvestasi baik dalam bentuk penanaman modal atau pun melalui kerja sama linkage program dengan perbankan maupun dengan perusahaan pembiayaan.

IFC, kata Sack, saat ini telah melakukan investasi di delapan lembaga keuangan. Lembaga keuangan itu adalah Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia, Hana Bank, Bank Andara, OCBC NISP, Oto Finance, dan WOM.

strategi

Untuk strategi lima tahun ke depan, menurut dia, ada tiga fokus utama yang akan digarap oleh IFC. Pertama, adalah mengurangi dampak perubahan iklim.

Untuk itu, pihaknya akan mendorong praktik berkelanjutan dan ramah lingkungan dari berbagai industri berbasis agrikultur dan kehutanan, mendukung pembaharuan sektor energi, dan juga membiayai efisiensi sektor energi.

IFC, misalnya akan membantu perbankan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko dari proyek-proyek efisiensi energi dan energi yang dapat diperbarui. Selain itu, mengembangkan sistem yang dapat membantu para petani dan pengusaha di sektor agri untuk memperoleh kredit dari lembaga finansial resmi dengan menggunakan komoditas mereka sebagai jaminan.

Kedua, peningkatan pendapatan di pedesaan. Untuk mencapai tujuan ini, kata Sack, maka pihaknya mendorong akses pasar oleh para petani. Selain itu, meningkatkan akses pembiayaan terhadap petani dan mengembangkan sektor transportasi dan logistik.

Ketiga mempromosikan urbanisasi yang dapat berkelanjutan. Untuk itu, IFC akan berpartisipasi dalam perbaikan infrastruktur seperti pembangkit listrik, air bersih, tranportasi, dan juga perumahan melalui investasi yang akan dilakukan oleh pihaknya. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009