Washington (ANTARA News/Reuters) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Sabtu, menghubungi Presiden Rusia Dmitry Medvedev dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy untuk mengonsultasikan program nuklir Iran, kata Gedung Putih.

Obama menyampaikan terima kasih kepada Prancis atas kerja sama eratnya dalam berbagai perundingan di Wina, yang mengarah kepada tercapainya perjanjian yang merespons permintaan Iran untuk pengadaan bahan bakar bagi reaktor riset Teheran.

Kedua presiden juga menegaskan dukungan penuh mereka terhadap usul yang diajukan oleh pengamat nuklir Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), kata Gedung Putih pula.

Dalam pembicaraannya dengan Medvedev, Obama juga menyampaikan terima kasih kepadanya atas kepemimpinan Rusia dalam mengembangkan usul soal nuklir Iran itu.

Medvedev dan Obama juga menegaskan kembali dukungan penuh mereka terhadap usul tersebut, dan membahas pentingnya semua pihak menerima prakarsa itu, yang pelaksanaannya diharapkan secepat mungkin, kata Gedung Putih.

Sementara itu berita dari Teheran mengatakan empat pemeriksa IAEA Sabtu pagi tiba di Iran, untuk mengunjungi instalasi pengayaan uranium yang baru diungkapkan oleh Iran di dekat kota suci Qom.

Para inspektur IAEA dijadwalkan berada di Iran dua atau tiga hari, untuk mengunjungi instalasi nuklir di dekat Qom, Ahad petang.

Bulan lalu, Iran mengkonfirmasi bahwa pihaknya akan membangun satu instalasi baru pengayaan bahan bakar nuklir di dekat Qom, di bagian tengah negera tersebut.

Sebagai reaksi, IAEA meminta Teheran menyediakan keterangan terperinci dan akses ke instalasi baru nuklir itu sesegera mungkin.

Pengungkapan Teheran mengenai instalasi baru itu kepada IAEA pada 21 September memicu kemarahan luas global. Presiden AS Barack Obama memperingatkan Iran akan menghadapi "tekanan yang meningkat" jika negara tersebut tak mengakhiri kegiatan nuklirnya.

Pemimpin IAEA Mohamed ElBaradei juga mengecam Teheran keberadaan instalasi tersebut.

Sementara itu pemimpin AS, Prancis dan Inggris mengutuk tindakan Iran yang diduga menipu masyarakat internasional, dengan melibatkan kegiatan terselubung di lokasi baru nuklir bawah tanah itu.

Pada pertemuan antara Iran dan utusan senior dari AS, Rusia, China, Inggris, Prancis dan Jerman di Jenewa, Swiss, 1 Oktober, pemimpin perunding nuklir Iran Saeed Jalili berjanji Teheran akan segera membuka instalasi tersebut bagi pemeriksa PBB. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009