Bekasi (ANTARA News) - Pemberian vaksin suntik pada usia 11 hingga 55 tahun pada wanita bisa mencegah munculnya kanker serviks (leher rahim), namun harga vaksin itu masih sangat mahal sehingga hanya sedikit wanita yang menggunakannya.

Ahli kebidanan dan kandungan dari rumah sakit Hosana Medica Bekasi, dr. Toni Winata SpOG, dalam seminar kanker serviks di Bekasi Rabu mengatakan, dengan tiga kali vaksin menggunakan Gardisnol seorang wanita akan terhindar dari penyakit kanker itu.

"Untuk pemberian vaksin dalam mencegah tumbuhnya virus Human Papilloma (HPV) penyebab kanker serviks perlu tiga kali injeksi dengan pemakaian awal dilanjutkan dua bulan dan enam bulan kemudian seharga Rp5 juta," ujarnya.

Pemberian vaksin sudah bisa dilakukan di banyak rumah sakit di Indonesia dan obatnya juga telah tersedia serta diakui oleh FDA (Food and drug association) di AS.

Dokter alumnus KF unpad itu menyatakan, wanita di Indonesia mengkin akan berfikiran vaksin tersebut terlalu mahal dan menilai akan lebih baik biayanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Disisi lain, kesadaran untuk melakukan deteksi dini melalui papsmear juga belum jadi kebutuhan penting, hingga ketika penyakit kanker leher rahim diperiksakan pada kondisi yang sudah parah.

"Kanker leher rahim pada stadium awal kadangkala tidak bisa diketahui dan dirasakan oleh penderita. Begitu mereka mulai merasa sangat terganggu barulah datang ke dokter dan ketahuan penyakitnya sudah parah hingga pengobatan hanya bisa dilakukan dengan kemoterapi dan raditerapi," ujarnya.

Serviks menurut Toni terjadi dimana sel normal di serviks berupa menjadi sel kanker dan perubahan ini perlu waktu 10-30 tahun sampai terjadinya kanker sehingga wanita punya waktu yang panjang untuk melakukan deteksi dini.

Di dunia kematian akibat kanker serviks terjadi setiap dua menit dan setiap satu menit ada seorang wanita menjadi penderita baru penyakit yang 34,4 persen diidap oleh wanita di Indonesia dari seluruh jenis kanker yang ada.

untuk di Indonesia ditemukan satu kematian akibat penyakit tersebut setiap jamnya dan setiap hari muncul 40 kasus kanker serviks baru.

Menurut Toni, hampir 70 persen wanita yang datang berobat ke dokter penyakit kebidanan dan kandungan datang dengan stadium lebih lanjut hingga angka bertahan hidupnya jadi rendah.

Ia menyatakan, kanker serviks dapat berkembang ketika sel yang abnormal dalam serviks mulai membelah diri tanpa terkendali dan kemudian dapat berkumpul menjadi tumor.

Gejala yang mungkin timbul bila kanker telah mengalami progresifitas yaitu berupa pendarahan pada vagina, keputihan, nyeri pinggul hingga tidak dapat buang air besar.

"Sebenarnya 8 dari 10 wanita telah terinfeksi virus Human Papilloma seumur hidupnya, namun hanya 20 persen saja yang virusnya berkembang menjadi tipe 16 dan tipe 18 yang menjadi penyebab kanker serviks serta tipe 45, 31 dan 52 yang secara bersamaan menjadi penyebab 80 persen kasus penyakit tersebut," ujar Toni yang mendapat brevet spesialis dari Unpad itu.

Pemicu penyakit tersebut adalah kawin diusia muda, melakukan hubungan seks berganti pasangan, penggunaan bahan kimia serta merokok.

Ketua PKK Kota Bekasi, Ny. Sumiati Mochtar Mohamad, menyatakan, pemerintah daerah akan mengupayakan agar pemeriksaan atau deteksi dini mengenai penyakit tersebut akan diupayakan bisa lebih sering dilakukan tanpa dipungut bayaran.

Menurut istri Wali Kota Bekasi, dampak yang ditimbulkan dari penyakit tersebut sangat berat baik rasa sakit, putus asa, terisolir, perceraian, kejiwaan serta biaya perawatan yang sangat mahal.

"Lebih baik mencegah daripada mengobati dan jargon itu akan kita terapkan dalam mengatasi penyakit kanker tersebut," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009