Jakarta (ANTARA News) - PT Kimia Farma Tbk memprediksi bisa meraih pendapatan tambahan sekitar Rp600 miliar dari memasok obat untuk program Departemen Kesehatan (Depkes) dan pemerintah daerah.

"Ada tiga proyek besar yang belum dicatat, totalnya ada sekitar Rp600 miliar total penambahan omzet dari proyek-proyek itu dan proyek dengan pemda," kata Dirut PT Kimia Farma M. Sjamsul Arifin, di sela pembukaan Franchise & License Expo Indonesia ke-7 di Jakarta, Jumat.

Ia menyebutkan, salah satunya program pengadaan obat HIV, obat TBC, dan malaria dari Depkes (Rp160 miliar-Rp170 miliar), vitamin untuk program peningkatan gizi sekitar Rp50 miliar, serta obat lainnya seperti buffer sekitar Rp150 miliar.

Menurut dia, perusahaannya menargetkan pencapaian laba sekitar Rp60 miliar meningkat Rp10 miliar dibanding tahun lalu yang hanya sekitar Rp50 miliar.

Target pendapatan perusahaan selama 2009 diperkirakan mencapai Rp3 triliun yang akan disumbang oleh unit usaha apotik sebesar Rp1,3 triliun, Rp900 miliar dari unit usaha manufaktur, dan sisanya dari unit usaha perdagangan produk lainnya.

"Ke depannya kami akan meningkatkan porsi penjualan produk bermerek hingga 60 persen, saat ini porsinya baru 40 persen, sementara yang 60 persen adalah porsi obat generik," jelasnya.

Unit Baru

Saat ini, Kimia Farma sedang fokus mengembangkan waralaba apotek yang ditargetkan bisa menambah 100 outlet pada 2010. Kimia Farma telah memiliki 370 outlet apotek yang dikembangkan sendiri antara lain dengan pola kerja sama operasi.

Tahun depan, Kimia Farma akan mengembangkan anak usaha baru berupa laboratorium diagnosa di bawah unit usaha apotek. "Kami menargetkan pendapatan sekitar Rp30 miliar dari unit usaha baru itu," ujar Sjamsul.

Sebagai awalnya, sebanyak 34 lab klinis yang dimilikinya akan dikembangkan menjadi lab diagnosa yang melayani berbagai keperluan pasien seperti medical check up.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009