New York (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan menghadiri KTT Perubahan Iklim di Kopenhagen pertengahan Desember nanti untuk mendorong tercapainya kesepakatan dengan membawa target AS sendiri soal pengurangan buangan gas rumah kaca.

Kepastian kehadiran Obama itu diumumkan oleh pejabat Gedung Putih di Washington, DC, Rabu.

"Presiden Obama akan berangkat ke Kopenhagen pada 9 Desember untuk menghadiri Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa. Beliau ingin segera bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk membuat kemajuan dalam upaya mencapai kesepakatan Kopenhagen yang menyeluruh dan operasional," demikian Gedung Putih.

Kehadiran Obama disebut sebagai bukti komitmen dan kepemimpinan Presiden AS dalam mencari penyelesaian global terhadap masalah yang global pula, yaitu perubahan iklim.

Untuk menekankan komitmen AS terhadap energi bersih serta upaya menangani pemanasan global, Presiden Obama akan mengirim sebuah delegasi yang terdiri atas sejumlah menteri dan pejabat tinggi AS untuk hadir dalam konferensi di Kopenhagen, Denmark.

Anggota delegasi yang akan berangkat ke Kopenhagen antara lain Menteri Dalam Negeri Ken Salazar, Menteri Pertanian Tom Vilsack, Menteri Perdagangan Gary Locke, Menteri Energi Steven Chu serta Kepala Badan Perlindungan Lingkungan Lisa P. Jackson.

Menurut Kantor Juru Bicara Gedung Putih, di Kopenhagen Presiden Obama siap mengajukan target AS dalam mengurangi buangan gas sekitar 17 prosen di bawah level prosentase tahun 2005.

Target --yang sesuai dengan undang-undang AS terbaru soal energi dan iklim-- itu menurut rencana akan dicapai pada tahun 2020.

Sementara itu, pada Rabu Departemen Luar Negeri mengumumkan bahwa AS akan membentuk sebuah pusat kegiatan yang dinamai U.S. Center selama berlangsungnya rangkaian KTT Perubahan Iklim di Kopenhagen pada 7-18 Desember itu.

Di sela-sela berlangsungnya KTT selama dua minggu, U.S. Center itu akan mengadakan 70 kegiatan yang akan menyorot upaya dan kepemimpinan AS dalam mencari penyelesaian global tentang perubahan iklim.

Kegiatan bersifat diplomatis itu akan melibatkan partisipasi berbagai kalangan, termasuk lembaga pendidikan, laboratorium ilmu dan penelitian, organisasi nonpemerintah serta sektor swasta. (*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009