Pasuruan (ANTARA News) - Penjualan pohon cemara hidup kini telah tergeser oleh pohon natal plastik sehingga mengakibatkan penghasilan petani berkurang. kata H Yahya, seorang petani tanaman hias di Desa Ledug, Prigen, Pasuruan, Jatim, Rabu.

Menurut ia, kejayaan petani pohon cemara di Ledug, Prigen kini telah berakhir seiring dengan maraknya penjualan pohon natal dari plastik yang banyak ditawarkan di toko-toko dan mal.

Ia mengatakan, puncak kejayaan petani pohon cemara di Ledug terjadi pada era 80-an. Puluhan petani tanaman hias jika memasuki bulan Desember berhasil meraup keuantungan yang cukup besar.

Pesanan pohon cemara untuk dijadikan pohon natal berdatangan dari para pengepul dari Kota Surabaya dan Jakarta. Petani tanaman hias di Ledug saat itu dalam bulan Desember saja bisa mengiirim sekitar 20 truk, masing-masing truk berisi 500 pohon.

menurut Yahya, selain permintaan, pada bulan Desember harga cemara juga meningkat tajam.

"Kini paling banyak dua sampai tiga orang saja yang masih mencari pohon cemara untuk natal," katanya.

Harganya juga tidak ada peningkatan, sama seperti pembeli lain yang membeli cemara untuk taman.

Seiring lesunya pasar cemara, juga makin menyusutkan jumlah petani hias di Ledug Prigen. Jika dulu jumlahnya sampai puluhan, kini tinggal beberapa orang saja yang menekuninya.

Pesanan pohon cemara yang masih rutin datang dari Jakarta. Pemesan membeli pohon cemara untuk taman. Jumlahnya juga tidak pasti, paling banter 1-2 truk sebulan.

Harganya bervariasi antara Rp10 ribu hingga Rp100 ribu/pohon tergantung tingginya mulai dari 1,5 meter hingga 5 meter.

Cemara yang diminati adalah jenis cemara pecut. Sedangkan cemara yang digunakan untuk pohon natal jenis duri, yang kini sudah mulai langka dibudidayakan petani di Ledug.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009