Denpasar (ANTARA News) - Alunan irama dan tembang berbahasa daerah Bali (kekidung) mengagungkan nama Yesus Kristus bergema pada kebaktian perayaan Natal di gereja Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka, Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Jumat.

Selain tembang berbahasa Bali, kidung sebagai sarana doa dan puja-puji Tuhan sejak pagi hingga siang itu juga menggunakan bahasa Indonesia.

Alunan tembang yang merdu dan syahdu dalam dua bahasa itu terdengar silih berganti dikumandangkan dari dalam ruang gereja di Desa Tuka tersebut, sekitar 15 km barat laut Denpasar.

Tembang "dwi etnik" menjadi tambah bergema dengan tampilnya koor paduan suara anak-anak Torsisius yang bersatu-padu dengan senandung para peserta misa Natal.

Tampilnya koor anak-anak selain menambah gema alunan tembang, juga menjadikan suasana lebih semarak perayaan Natal di salah satu gereja tua di Bali itu.

Misa Natal yang dipimpin Romo Paulus Payong SPD diikuti ribuan umat nasrani dari desa-desa di sekitar Kecamatan Kuta Utara, berlangsung dalam dua kali kebaktian secara khusuk dan khidmat.

Ketua Dewan Gereja Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka, Ketut Jack Mudastra menjelaskan, gereja Paroki Tritunggul Mahakudus Tuka merupakan salah satu gereja tua di Bali yang dibangun sekitar tahun 1935, ketika agama Kristen diketahui pertama kali masuk ke Bali.

Oleh sebab itu perayaan Natal di Desa Tuka lebih mengedepankan adat-istiadat yang berlaku di daerah tersebut.

Pemasangan penjor di pintu masuk rumah tangga masing-masing menjadi tradisi dalam setiap perayaan Hari Raya Natal. Demikian pula busana yang dikenakan bernuasa adat Bali, baik pria maupun dewasa.

Hiasan penjor sepanjang jalan desa Tuka dan dekorasi gereja bernuansa khas Bali, merupakan tradisi yang diwarisi secara turun temurun dari leluhurnya.

Hiasan penjor tersebut merupakan salah satu upaya melestarikan warisan seni budaya Bali, disamping memelihara dan memantapkan kerukunan hidup beragama yang selama ini berlangsung dengan sangat mantap dan kokoh, ujar Jack Mudastra.

Penyebaran agama Kristen di Bali dimulai sejak tahun 1931, ditandai dengan pelaksanaan baptis pertama oleh penginjil Tshang Toha (China) kepada sejumlah penduduk di Tukad Yeh Poh, Desa Dalung, Kabupaten Badung.

Dua aliran kristiani masing-masing Katholik berkembang di Desa Tuka, dan Kristen Protestan di Dusun Untal-Untal, Kabupaten Badung. Padatahun 1937 ajaran tersebut kemudian disebarkan ke beberapa daerah lain di Bali oleh misionaris asal Jawa Timur.

Para pemeluk Kristen kemudian menyebar ke daerah pedalaman di Desa Palasari, Desa Gumbrih dan beberapa desa sekitarnya di wilayah Kabupaten Jembrana, Bali barat.

Oleh sebab itu perayaan Natal di desa-desa di Bali tentunya berlangsung berbeda dengan perayaan Natal di gereja-gereja yang ada di jantung Kota Denpasar maupun hotel-hotel berbintang di kawasan Kuta, Nusa Dua dan Sanur.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009