Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, mantan presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yang wafat pada 30 Desember 2009 merupakan tokoh pejuang pluralisme.

"Gus Dur selalu mengedepankan pentingnya kebersamaan antara mayoritas dan minoritas, antarsuku, dan antaragama agar bangsa Indonesia menjadi besar," katanya di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, Gus Dur yang juga salah seorang tokoh reformasi banyak meninggalkan kenangan sejarah bagi bangsa dan generasi muda.

"Menjelang berakhirnya 2009 bangsa Indonesia bersedih dan terkejut dengan wafatnya Gus Dur pada 30 Desember 2009 pukul 18.45 WIB di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, karena sakit," katanya.

Ia mengatakan, bangsa Indonesia tersentak dan bersedih kehilangan salah satu putra terbaik yang telah berjasa bagi bangsa dan negara Indonesia.

"Selamat jalan pak kiai, selamat jalan Gus Dur, semoga semua amal dan darma bakti almarhum diterima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan," katanya.

Menyambut tahun baru, Sultan mengatakan, tahun baru 2010 diharapkan akan membawa perbaikan, keberkahan, dan keberuntungan bagi bangsa dan negara Indonesia.

"Dalam setiap menyambut pergantian tahun, baik tahun Masehi maupun tahun Hijriyah atau tahun Jawa setiap orang selalu menaruh banyak harapan. Harapan agar ke depan semuanya menjadi lebih baik," katanya.

Menurut dia saat menyampaikan pesan menyongsong tahun baru 2010, setiap orang harus tetap memiliki harapan. Dengan memiliki harapan diharapkan dapat menumbuhkan semangat untuk meraih kehidupan yang lebih baik.

"Tahun 2009 yang akan kita tinggalkan tampaknya merupakan kurun waktu yang cukup memprihatinkan karena terjadinya bencana alam dan bencana peradilan," kata Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu.

Ia mengatakan, dalam menyongsong 2010 setidaknya menyisakan residu masalah bangsa pada 2009.

Residu itu antara lain mafia peradilan dan hukum yang merusak sendi-sendi keadilan yang memenuhi rasa keadilan rakyat, terjadinya krisis moral dan etika dalam berbagai tataran kehidupan.

Selain itu, terjadinya eskalasi potensi konflik politik yang akan menyita energi nasional yang mengancam integrasi sosial, sehingga dikhawatirkan tercapainya kesejahteraan rakyat menjadi semakin jauh dari harapan.

Residu itu, menurut dia, perlu dicarikan solusi bersama pada 2010 sehingga masalah tersebut tidak berkembang dan dapat diatasi.

Ia mengatakan, tahun baru diharapkan dapat menjadi momentum kebangkitan baru bangsa Indonesia dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.

"Menyambut 2010 saya mengucapkan selamat tahun baru semoga Tuhan berkenan memberikan limpahan berkah dan rahmat-Nya. Saya juga mengucapkan selamat Natal 2009 semoga damai di bumi, damai di hati," katanya.(*)

Pewarta: Ricka Oktaviandini
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009