London (ANTARA) - Kedutaan besar Indonesia di London bersama Universitas Nottingham, Universitas Coventry, Universitas Warwick, IPB, ITB, dan UGM meluncurkan pembentukan UK-Indonesia Consortium for Interdisciplinary Sciences (UKICIS) di London, Inggris, Jumat (21/8). 

Dirjen Dikti, Prof. Ir. Nizam, Ph.D dalam acara yang digelar secara digital melalui zoom dan Youtube KBRI London itu mengharapkan UKICIS  berkontribusi dalam memajukan kerja sama antar universitas dan menghasilkan kegiatan konkret dalam melayani publik. 

Turut hadir DCM Kedubes Inggris Robb Fenn, perwakilan Kedubes Inggris, Newton Fund dan British Council.

Baca juga: Berbagai kegiatan HUT RI-75 di tengah pandemi di Inggris

Counsellor Pensosbud KBRI London, Hartyo Harkomoyo kepada Antara Jumat mengatakan UKICIS bertujuan mempererat kerja sama antar universitas kedua negara dalam menghadapi tantangan global secara konkret, melalui community engagement dan hilirisasi hasil inovasi.

Selain itu UKICIS dapat mendorong kerja sama bilateral yang dituangkan dalam MoU Riset dan Inovasi Indonesia-Inggris yang ditandatangani 5 Agustus lalu.

Sementara itu Menristek RI/Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro, dalam peluncuran UKICIS, mengatakan bahwa inisiatif ini adalah bentuk kemajuan kedekatan kerja sama kedua negara di bidang iptek, inovasi, serta kolaborasi riset global.

Menristek mengharapkan UKICIS dapat mengembangkan dan melibatkan stakeholders lebih luas. “Saya harapkan  UKICIS dapat memfasilitasi kerja sama antar institusi riset kedua negara secara lebih luas dan mendorong ilmuwan Indonesia belajar banyak dari expertise serta sistem pendidikan dan sistem industri di Inggris,” ujar Menristek yang bergabung secara virtual dari Indonesia.

Sambutan positif disampaikan Menteri Iptek, Riset dan Inovasi Inggris, Amanda Solloway, MP, yang menyatakan peluncuran UKICIS ini merupakan salah satu capaian hubungan bilateral kedua negara, membangun ikatan ekonomi dan budaya yang lebih erat.

Baca juga: KBRI London ajak Inggris investasi ekonomi digital di Indonesia

Ia berharap UKICIS dapat mendorong riset di antaranya melalui Newton Fund dan memajukan kolaborasi ilmuawan dalam penanggulangan bencana, pandemi dan bidang yang menjadi tantangan bersama.

Sementara itu, Kuasa Usaha Ad Interim KBRI London Adam M. Tugio, menyampaikan momentum pembentukan UKICIS sangat tepat. Pertama, sebagai kontrubusi ilmuwan dalam penanganan dampak disrupsi COVID-19 terhadap aspek ekonomi dan sosial  memerlukan kerja sama internasional. 

Kedua, UKICIS memberikan platform bagi ilmuwan, perguruan tinggi dan pusat riset  meningkatkan kolaborasi, sebagai implementasi MoU Riset dan Inovasi Indonesia-Inggris.  Ketiga, menjembatani akademik dengan implementasi di masyarakat melalui program public outreach.

“Peluncuran UKICIS sekaligus hadiah  diaspora ilmuwan Indonesia bagi Ibu Pertiwi dalam merayakan HUT ke-17 Kemerdekaan,” kata Adam dalam sambutan peluncuran UKICIS, seraya menegaskan pentingnya memperluas partisipasi ilmuwan dan pergururan tinggi yang lebih luas.

      Para Rektor dan Wakil Rektor dari enam perguruan tinggi pendiri UKICIS juga hadir dan menyampaikan komitmen melakukan langkah nyata pasca peluncuran UKICIS. Di antaranya Rektor IPB Prof. Arif Satria, Rektor Universitas Warwick Prof. Christine Ennew, Wakil Rektor Universitas Coventry Prof. Guy Daly, Rektor UGM Prof. Panut Mulyono, Rektor ITB Prof. Reini Wirahadikusumah dan Wakil Rektor Universitas Nottingham Prof. Robert Mokaya.


 

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2020