Jakarta (ANTARA News) - Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) mendukung pola baru subsidi yang ditawarkan Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera) Suharso Monoarfa belum lama ini.

"Pola subsidi baru yang ditawarkan sudah bagus, tinggal bagaimana persiapannya," kata Ketua Umum REI, Teguh Satria, di Jakarta, Senin.

Sebelumnya, Menpera Suharso Monoarfa mengatakan, pemerintah tengah mengkaji pola penyaluran dana subsidi perumahan pada 2010 yang kemungkinan akan langsung diserahkan kepada bank penyalur untuk menambah likuiditas.

Tujuannya agar suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) bersubsidi dapat dipertahankan pada level 6 sampai 7 persen selama masa angsuran.

Menpera beranggapan, pola subsidii lama dinilai sangat panjang. Pasalnya konsumen harus melewati proses verivikasi baik diperbankan sendiri dan pemerintah (Kementerian Negara Perumahan Rakyat, Kemenpera).

Namun dengan pola baru, proses verivikasi cukup melalui perbankan saja, sebut Menpera yang optimis pola ini dapat diterapkan dalam waktu dekat.

Teguh mengingatkan kemungkinan ada beberapa persoalan seandainya langsung diterapkan karena sebagian konsumen sudah ada terbiasa dengan proses lama.

Menurut Teguh, konsep yang baru sudah bagus sebagai upaya untuk mempercepat dan memaksimalkan tingkat penyerapan subsidi. Karena dana subsidi yang ada langsung disalurkan keperbankan untuk mengelolanya dan menyalurkannya kepada masyarakat.

Seperti diketahui dana subsidi 2010 tercatat sebesar Rp3,1 triliun. Jumlah ini jauh lebih dari subsidi yang diterima pada 2009 yang hanya Rp2,5 triliun. Namun subsidi 2009 dari jumlah itu hanya terserap Rp871 miliar atau 34%.

Kondisi demikian sebagai akibat krisis ekonomi tahun 2008 yang dampaknya dirasakan sampai 2009 membuat turunnya permintaan rumah subsidi karena turunnya daya beli masyarakat.

Sebelumnya Soeharso mengatakan, salah satu kendala penyerapan subsidi karena tidak melihat kemampuan masyarakat sasaran yang membeli rumah.

Katakanlah dengan penghasilan Rp2,5 juta memang mendapat fasilitas subsidi bunga maupun uang muka akan tetapi apakah mereka sanggup menyisihkan angsuran rumah setiap bulan untuk jangka 15 tahun paling lama, kata Suharso.

Ke depan pemerintah akan lihat berapa kemampuan sebenarnya dengan penghasilan Rp2,5 juta, katakan hanya Rp200 ribu per bulan padahal cicilan rumah minimal Rp500 ribu, maka Rp300 ribu akan disubsidi pemerintah, kata Suharso.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010