Kabul (ANTARA News/AFP) - Presiden Afghanistan Hamid Karzai Selasa memerintahkan peninjauan kembali keamanan kota Kabul menyusul serangan mematikan Taliban dan aksi bom bunuh diri sehari sebelumnya.

Ia meminta para pejabat bidang keamanan agar membahas bagaimana penyerang dan pelaku bunuh diri itu bisa menerobos jantung kota dan melakukan serangan Senin pagi.

Dalam serangan beberapa pria bersenjata Taliban dan pengebom bunuh diri ke beberapa bangunan di pusat kota Kabul disertai baku-tembak sengit itu, sedikitnya lima orang tewas, termasuk seorang anak kecil.

Menurut pernyataan presiden, peninjauan kembali keamanan Kabul itu telah disampaikan menteri pertahanan dan dalam negeri ke otoritas terkait. "Mereka akan melaporkannya ke presiden untuk mendapatkan persetujuan," sebut pernyataan itu.

Kalangan pengamat dan warga masyarakat mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang keamanan kota Kabul.

"Kabul itu kota besar dengan lima juta jiwa penduduk. Mereka umumnya orang miskin. Kelompok Taliban dan Al-Qaidah bisa mengambil manfaat dari kondisi ini dan menerobos kota," kata Pengamat Masalah Afghanistan, Haroun Mir.

Sementara itu, Fahim, penjaga toko di Mal Qari Sami yang terbakar dalam serangan itu, mengatakan ia kehilangan "segalanya" dan menyalahkan pemerintah atas apa yang telah terjadi.

"Taliban berhasil di sini. Mereka telah membuktikan apa yang bisa mereka lakukan," kata Fahim.

Rangkaian aksi kekerasan yang tak kunjung berhenti sejak Amerika Serikat (AS) menginvasi Afghanistan tahun 2001 itu terus menambah jumlah korban tewas di pihak sipil dan tentara.

Bahkan Misi PBB untuk Afghanistan (UNAMA) sebelumnya melaporkan jumlah warga sipil yang tewas akibat konflik di Afghanistan itu meningkat dari 2.118 orang pada 2008 menjadi 2.412 orang pada 2009.

Kenaikan jumlah korban yang mencapai 14 persen itu menjadikan 2009 tahun terburuk bagi Afghanistan sejak Amerika Serikat (AS) menginvasi negara itu dan mendepak Taliban dari kekuasaan pada 2001.

Menurut PBB, sekitar 70 persen warga sipil itu tewas akibat serangan kelompok-kelompok perlawanan.

Namun pasukan pro-pemerintah, termasuk personil Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan AS, juga bertanggung jawab terhadap kematian 596 warga sipil Afghanistan.

Sebanyak 135 orang warga sipil lainnya merupakan korban aksi kekerasan yang terkait dengan konflik antarpihak.

Bagi pasukan asing di Afghanistan, 2009 juga merupakan tahun paling mematikan karena jumlah tentara yang gugur dalam tugas juga naik dari 295 orang pada 2008 menjadi 520 orang pada 2009.

Di bawah komando AS dan NATO, pasukan asing yang bertugas di Afghanistan saat ini mencapai 113 ribu orang.

Jumlah mereka ini akan meningkat lagi dengan datangnya 40 ribu orang tentara tambahan guna mendukung operasi strategis penumpasan kelompok-kelompok perlawanan di negara itu.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010